Saat nanti sudah dibuat, malware berisi virus dan backdoor ini akan menjadi senjata cyber pertama milik Jepang. Malware-nya sendiri diperkirakan akan selesai dibuat pada akhir tahun fiskal ini, dan pembuatnya bukan pemerintah Jepang melainkan diserahkan ke kontraktor.
Belum ada informasi resmi mengenai kemampuan malware ini, atau pun skenario bagaimana pemerintah Jepang akan menggunakannya, demikian dikutip detikINET dari ZDnet, Senin (6/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, dari informasi yang sudah ada bisa diasumsikan kalau malware ini hanya akan beraksi saat Jepang tengah menerima serangan cyber. Malware itu pun hanya akan secara khusus menyerang si pelaku penyerangan tersebut.
Militer Jepang sendiri saat ini memang tengah berkembang dan memodernisasi diri agar tak ketinggalan zaman. Terutama karena militer China yang terus berkembang dan mengancam.
![]() |
Salah satu bagian dari modernisasi tersebut adalah rencana pemerintah Jepang untuk memperluas cakupan militernya ke ranah cyber, yang disebut oleh NATO sendiri sebagai medan perang resmi sejak Juni 2016 lalu, bersama udara, daratan, dan laut.
Jepang pun adalah satu dari beberapa negara yang sudah mengaku mengembangkan senjata cyber, selain AS, Inggris, dan Jerman. Ada juga negara seperti Israel, China, Rusia, Korea Utara, dan Iran yang mengembangkan dan menggunakan senjata cyber, namun tak pernah mengakuinya secara resmi.
Ini pun bukan pertama kalinya Jepang membuat senjata cyber, karena pada 2012 lalu mereka juga mengontrak Fujitsu untuk membuat malware 'search and destroy'. Namun kabarnya senjata cyber tersebut tak berhasil memenuhi hasil yang diinginkan oleh pemerintah Jepang.
(asj/krs)