Data penumpang yang dicuri dalam peretasan itu antara lain nomor kartu identitas, nama, tanggal lahir, informasi paspor, dan alamat pengiriman surat. Selain itu, data rute penerbangan para penumpang juga ikut dicuri dalam aksi tersebut.
Dalam pernyataannya, Cathay menyebut ada 403 kartu kredit tak aktif yang ikut dicuri, serta 27 nomor kartu kredit yang tak disertai nomor CVV. Jumlah data yang dicuri dari setiap penumpangnya berbeda-beda, demikian dikutip detikINET dari The Verge, Kamis (25/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Analis keamanan dari Webroot bernama Randy Abramds menyebut kalau pembobolan Cathay ini melibatkan data-data yang sangat banyak, termasuk data paspor yang 40 kali lebih banyak ketimbang pembobolan Air Canada, yang artinya mempunyai dampak lebih besar terhadap penumpang.
Pembobolan Cathay ini juga berbeda dengan pembobolan maskapai penerbangan lain seperit Delta dan British Airways, karena Cathay menunggu enam bulan dari waktu pembobolan sampai mengumumkannya ke publik.
Hal ini bisa menjadi masalah karena Cathay juga beroperasi di Eropa, yang saat ini menerapkan aturan General Data Protection Regulation (GDPR) yang mewajibkan perusahaan untuk memberi informasi ke konsumen dan pihak berwajib maksimal tiga hari setelah mereka mengetahui adanya pembobolan. (asj/fyk)











































