Industri keuangan sendiri sudah mulai difokuskan kepada pelayanan digital. Saat ini, hampir seluruh transaksi perbankan dilakukan lewat transaksi digital yaitu 97%.
Untuk itu, diperlukan sistem keamanan yang lebih kuat dan cepat dalam mendeteksi adanya gangguan dari luar. Integrasi otomatisasi dan machine learning menjadi salah satu strategi yang dapat digunakan untuk melindungi institusi keuangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan otomatisasi maka proses pembaharuan kebijakan keamanan tentu dapat dilakukan dengan cepat dan murah.
"Saya bisa melakukan otomatisasi untuk mem-push policy ke semua cabang dalam waktu yang sama. Sehingga dalam waktu yang singkat saya bisa mengupdate policy yang sama di cabang dengan di pusat," kata Edwin Lim, Country Director Fortinet di Jakarta, Rabu (30/5/2018).
![]() |
Proses pembaruan database virus dan malware secara manual saat ini sudah tidak mungkin untuk dilakukan. Pembaruan manual dinilai terlalu lama untuk menangani perkembangan virus dan malware yang sangat pesat.
Untuk itu, Fortinet memiliki layanan Fortiguard yang bertugas untuk menangkap virus dan ancaman secara real time yang dibagikan kepada pelanggannya.
Baca juga: Blockchain dan Revolusi Digital di Indonesia |
Kecepatan dalam menangani ancaman ini juga akan membantu perusahaan atau bank dalam mengikuti aturan dari GDPR menyangkut kebocoran data.
Aturan baru ini mengharuskan perusahaan untuk melaporkan kebocoran data maksimal 72 jam setelah dideteksi.
"Jika customer kita melakukan pengamanan, kita berusaha memperpendek. Jadi jika cikal bakalnya problem sampai ketahuan itu panjang, dengan melakukan pengamanan itu bisa diperpendek," ujar Edwin. (afr/afr)