Justru komputer yang terinfeksi Stuxnet seakan bekerja seperti biasa, tidak ada sesuatu yang aneh. 'Cacing' ganas ini baru bekerja ketika mendeteksi ada sistem 'supervisory control and data acquisition' (SCADA) yang menjalankan sistem untuk reaktor nuklir, lebih spesifik lagi yang memakai alat bikinan Iran.
"Stuxnet menjadi terkenal karena dia menjadi bukti pertama adanya serangan yang sangat spesifik alias targetted attack yang menyangkut kepentingan politik tertentu, bukti bahwa virus nyata-nyata digunakan untuk senjata cyber war," tukas M. Salahuddien, Wakil Ketua Indonesia Security Incident Responses Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, seandainya sistem nuklir Iran benar-benar kena serangan dan Stuxnet tidak terdeteksi maka tanpa sadar uranium yang dihasilkan fasilitas nuklir Iran diyakini akan menurun drastis.
"Ini mengakibatkan kerugian besar karena energi yang dihasilkan misalnya untuk pembangkit listrik jadi turun dan bila digunakan untuk senjata, tidak memenuhi standar, wasted," lanjutnya.
Strategi 'diam-diam menyengat' ini pun diprediksi tak akan berhenti sampai di sini. "Namun akan menjadi tren," pungkas Didin, ketika diwawancarai detikINET saat tengah berada di Sydney untuk mengikuti konferensi Asia Pacific Telecommunication (APT) tentang cyber security, Kamis (18/11/2010). (ash/rns)