Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Viral Laut Iran Jadi Merah Darah, Tanda Akhir Zaman? Ini Faktanya

Viral Laut Iran Jadi Merah Darah, Tanda Akhir Zaman? Ini Faktanya


Rachmatunnisa - detikInet

Hujan darah di Iran
Viral Laut Iran Jadi Merah Darah, Tanda Akhir Zaman? Ini Faktanya Foto: Instagram @hormoz_omid
Jakarta -

Fenomena laut yang berwarna merah seperti darah di Iran sempat memicu ketakutan dan spekulasi di media sosial. Perubahan warna air laut itu terekam dalam sejumlah video yang viral, memperlihatkan hujan deras tiba-tiba mengalirkan material berwarna merah ke perairan pesisir.

Peristiwa tersebut terjadi di Pulau Hormuz, tepatnya di kawasan Pantai Merah yang memang dikenal memiliki karakter geologi unik. Curah hujan yang turun mendadak membuat tanah dan sedimen berwarna merah mengalir ke laut, sehingga air di sepanjang garis pantai tampak seperti 'lautan darah'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagian warganet mengaitkan fenomena ini dengan nubuat 'akhir zaman' dalam Kitab Wahyu, yang menceritakan tentang malaikat yang mengubah laut dan sungai menjadi darah sebagai bentuk penghakiman ilahi. Namun para ilmuwan menegaskan, kejadian tersebut sepenuhnya dapat dijelaskan secara ilmiah dan bukan pertanda supranatural.

Secara geologi, Pulau Hormuz tersusun dari material dengan kandungan oksida besi yang sangat tinggi, yang memberi warna merah cerah pada pasir dan tebing pantainya. Saat hujan lebat terjadi, lapisan tanah merah ini terbawa aliran air menuju laut dan mencampuri perairan pesisir, menciptakan kontras mencolok dengan warna biru Teluk Persia.

ADVERTISEMENT
Laut merah darahFoto: Media sosial X

Fenomena ini turut menarik perhatian ilmuwan dari NASA Earth Observatory, yang menjelaskan bahwa Pulau Hormuz merupakan kubah garam, yakni struktur geologi berbentuk menyerupai tetesan air mata yang terbentuk dari garam batu, gipsum, dan evaporit lain yang terdorong naik dari lapisan bawah bumi.

"Garam batu atau halit bersifat lemah dan mengapung, sehingga kehilangan sifat rapuhnya dan mengalir lebih seperti cairan ketika berada di bawah tekanan tinggi," sebutnya seperti dikutip dari Mirror.

Tanah merah di pulau tersebut, yang secara lokal dikenal sebagai gelak, juga memiliki nilai ekonomi. Material ini diekspor secara terbatas dan dimanfaatkan sebagai bahan pigmen, kosmetik, serta produk tradisional.

Laut merah darahFoto: Media sosial X

Untuk diketahui, Pulau Hormuz terletak di Selat Hormuz, jalur strategis yang menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman, sekitar 1.000 kilometer di selatan Teheran. Wilayah ini relatif jarang diguyur hujan, dengan curah hujan biasanya terjadi pada musim dingin hingga awal musim semi.

Di luar kawasan Hormuz, hujan lebat juga memicu banjir di sejumlah wilayah Provinsi Hormozgan, memaksa pihak berwenang menutup beberapa ruas jalan utama. Namun di wilayah Iran lainnya, hujan justru disambut positif setelah negara tersebut mengalami kekeringan panjang.

Iran tercatat mengalami defisit curah hujan hingga 89% di bawah rata-rata tahunan. Kondisi ini sebelumnya mendorong Presiden Masoud Pezeshkian memperingatkan potensi krisis air serius, bahkan menyebut kemungkinan relokasi ibu kota jika hujan signifikan tak kunjung turun hingga akhir tahun.




(rns/afr)







Hide Ads