×
Ad

Ambisi 'Gila' China Bangun Tembok Raksasa dari 66 Miliar Pohon

Fino Yurio Kristo - detikInet
Senin, 15 Des 2025 16:20 WIB
Ambisi 'Gila' China Bangun Tembok Raksasa dari 66 Miliar Pohon. Foto: Desertification
Jakarta -

Tembok Hijau Raksasa (Great Green Wall) China, adalah proyek rekayasa ekologi besar-besaran untuk memperlambat perluasan gurun Gobi dan Taklamakan di bagian utara negara tersebut.

Sejak 1978, China menanam lebih dari 66 miliar pohon di sepanjang perbatasannya dengan Mongolia, Kazakhstan, dan Kyrgyzstan. Mereka berencana menanam 34 miliar pohon lagi selama 25 tahun ke depan. Jika berhasil, Tembok Hijau Raksasa ini akan meningkatkan tutupan hutan di Bumi sebesar 10% sejak akhir 1970-an.

Tembok Hijau Raksasa, yang resmi dikenal sebagai Program Hutan Lindung Tiga Utara (Three-North Shelter Forest Program), dirancang untuk memperlambat erosi tanah dan pengendapan pasir yang terus meningkat sejak 1950-an akibat urbanisasi besar-besaran dan perluasan lahan pertanian.

Perubahan ini memperburuk kondisi wilayah yang memang sudah kering, menciptakan kondisi bagi lebih banyak badai pasir. Dikutip detikINET dari Live Science, badai pasir menyapu lapisan atas tanah dan menumpuk pasir, sehingga mendegradasi lahan dan meningkatkan polusi partikel debu di kota-kota.

China Utara memang sudah kering sebelum ledakan urbanisasi tahun 1950-an, karena Pegunungan Himalaya menciptakan efek bayangan hujan di atas perbatasan negara itu dengan Mongolia dan membatasi curah hujan. Inilah sebabnya mengapa gurun Gobi dan Taklamakan begitu luas. Jika digabungkan, keduanya mencakup 1,6 juta kilometer persegi.

Terlepas dari upaya besar China, Gobi dan Taklamakan masih terus meluas. Gurun Gobi, misalnya, menelan sekitar 3.600 kilometer persegi padang rumput China tiap tahun. Desertifikasi (penggurunan) merusak ekosistem dan lahan pertanian, tetapi juga memperburuk polusi di kota-kota seperti Beijing.

Tahun lalu, perwakilan pemerintah mengumumkan China telah selesai mengelilingi Taklamakan dengan vegetasi, yang membantu menstabilkan bukit pasir dan menumbuhkan tutupan hutan dari sekitar 10% wilayah China tahun 1949 menjadi lebih dari 25% saat ini. Penanaman pohon akan terus berlanjut di sekitar Taklamakan untuk memelihara dan memperluas hutan

Jika semuanya berjalan sesuai rencana, Tembok Hijau Raksasa akan membentang sepanjang 4.500 kilometer pada tahun 2050. Tembok ini adalah hutan hasil penanaman terbesar dunia namun masih belum jelas seberapa efektif dalam memperlambat desertifikasi.

Beberapa studi menunjukkan Tembok Hijau Raksasa mengurangi frekuensi badai pasir tapi studi lain berpendapat bahwa penurunan ini sebagian besar disebabkan faktor iklim.

Kritikus mengatakan tingkat kelangsungan hidup pohon dan semak terlalu rendah, mungkin karena bagian besar dari tembok tersebut hanya mencakup satu atau dua spesies pohon, kebanyakan poplar dan willow. Itu membuat tembok tersebut rentan terhadap penyakit.

Tingkat kematian pohon juga tinggi karena ditanam di tempat-tempat yang tidak memiliki cukup air. Tanpa intervensi manusia terus-menerus, banyak pohon tidak dapat bertahan hidup.

Karena bersifat monokultur, Tembok Hijau Raksasa juga tidak mendukung keanekaragaman hayati seperti campuran tanaman asli yang lebih beragam. Meskipun demikian, program ini menginspirasi Tembok Hijau Raksasa Afrika, yang akan menjadi sabuk pepohonan sepanjang 8.000 kilometer melintasi benua tersebut untuk memperlambat degradasi lahan dan desertifikasi.



Simak Video "Video: Memanas! Jepang Murka Kapal China Masuk Perairan Senkaku"

(fyk/fyk)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork