Trump Uji Coba Senjata Nuklir, Pertama Kalinya Sejak 1992!
Hide Ads

Trump Uji Coba Senjata Nuklir, Pertama Kalinya Sejak 1992!

Aisyah Kamaliah - detikInet
Senin, 03 Nov 2025 20:30 WIB
Bumbungan awan berbentuk jamur muncul setelah ledakan nuklir. Berikut deretan foto-foto awan jamur rakasasa yang bikin Anda merinding.
Ledakan nuklir. Foto: Getty Images
Jakarta -

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa Pentagon (sekarang Departement of War) akan melanjutkan uji coba senjata nuklir pertama kalinya sejak 33 tahun silam. Kabar ini dia bagikan di media sosial.

Trump mengatakan keputusan untuk melakukan uji coba yang sangat kontroversial ini bermula dari kebutuhan untuk bersaing dengan negara-negara seperti Rusia dan China, yang menurutnya semakin siap.

Sejak 1945, lebih dari 2.000 uji coba senjata nuklir telah dilakukan di seluruh dunia, dengan 1.054 di antaranya dilakukan oleh militer AS. Namun, berakhirnya Perang Dingin menyebabkan penurunan besar-besaran dalam praktik peledakan, yang pada dasarnya terhenti ketika Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT) dibuka untuk ditandatangani pada tahun 1996.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kendati demikian, CTBT belum resmi berlaku karena beberapa penandatangan (termasuk AS) tidak pernah benar-benar meratifikasi perjanjian tersebut. Namun, perjanjian tersebut telah dihormati dan ditegakkan di seluruh dunia, dengan Korea Utara sebagai satu-satunya negara di planet ini yang melakukan uji coba senjata nuklir abad ini. Uji coba terbaru terjadi pada tahun 2017.

Lebih lanjut, walau Rusia maupun China belum menguji hulu ledak apa pun, keduanya tampaknya sedang memperkuat persenjataan nuklir mereka. Minggu lalu, Rusia berhasil menguji dua rudal jarak jauh yang berpotensi dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir, sementara Trump mengatakan bahwa China kemungkinan akan memiliki jumlah senjata nuklir yang sama dengan AS dalam waktu lima tahun.

ADVERTISEMENT

Siapa Pemilik Senjata Nuklir Terbanyak?

Dalam unggahan Truth Social-nya yang mengumumkan rencana tersebut, Trump menyatakan Amerika Serikat memiliki lebih banyak senjata nuklir daripada negara lain mana pun. Ini menempatkan Rusia di posisi kedua, dan Tiongkok di posisi ketiga.

Melansir IFL Science, sebagian besar senjata nuklir dunia memang dimiliki oleh AS dan Rusia. Terdapat sekitar 12.241 senjata nuklir di planet ini pada tahun 2025, dan diperkirakan 90% dimiliki oleh salah satu dari kedua negara ini.

Namun, statistik resmi menunjukkan bahwa Rusia sebenarnya memiliki senjata nuklir terbanyak. Asosiasi Pengendalian Senjata (Arms Control Association) mencatat Rusia dengan angka 5.580 dan AS dengan 5.225. Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir (International Campaign to Abolish Nuclear Weapons) mencatat Rusia dengan 5.449 dan AS dengan 5.277.

Apakah Uji Coba Nuklir Perlu?

Dalam 33 tahun sejak AS terakhir kali meledakkan bom nuklir di Gurun Nevada, Pentagon telah memantau kondisi senjatanya melalui program pengelolaan stok, yang melakukan eksperimen 'subkritis' untuk menguji kondisi hulu ledak nuklir. Banyak ilmuwan percaya bahwa uji coba ini memberikan semua informasi yang dibutuhkan militer terkait senjata nuklirnya, dan sama sekali tidak perlu kembali ke uji coba langsung.

Di sisi lain, AS berhenti memproduksi inti plutonium. Inti plutonium berfungsi sebagai pemicu hulu ledak nuklir. Penghentian produksi ini dilakukan pada tahun 1989, yang berarti stok negara saat ini berusia beberapa dekade dan mungkin telah kehilangan fungsinya karena peluruhan radioaktif alami.

Untuk mengatasi hal ini, militer baru-baru ini mengumumkan rencana untuk meningkatkan produksi lubang plutonium siap pakai, dengan yang pertama telah disetujui penggunaannya tahun lalu. Oleh karena itu, beberapa ilmuwan berpendapat bahwa uji coba nuklir memang diperlukan untuk memverifikasi kualitas lubang plutonium yang diproduksi menggunakan metode manufaktur baru.




(ask/ask)
Berita Terkait