China Bangun Data Center Bertenaga AI Pertama di Luar Angkasa
Hide Ads

China Bangun Data Center Bertenaga AI Pertama di Luar Angkasa

Aisyah Kamaliah - detikInet
Kamis, 09 Okt 2025 22:10 WIB
Bendera China
Bendera China. Foto: Shutterstock
Jakarta -

China mulai membangun konstelasi satelit baru pada Mei 2025. Ini menjadi supercomputer pertama yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) di ruang angkasa.

Satelit pertama dari Three-Body Computing Constellation diluncurkan pada bulan Juni, untuk menguji kemampuan pusat pemrosesan data di orbit. Satelit ini bisa menjadi selusin satelit pertama di antara ribuan satelit lainnya, dan bahkan mengarah ke data center di area sekitar Bulan.

Namun, mengapa China memilih membangun data center di luar angkasa?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Data center yang menyelenggarakan program-program ini membutuhkan banyak energi dan air untuk pendinginan, yang telah menjadi beban berat bagi sumber daya lokal di Bumi. Kemungkinan merelokasi pusat data ke luar angkasa dipandang sangat menarik sekaligus ramah lingkungan dan sosial.

ADVERTISEMENT

"Konsumsi daya data center di seluruh dunia melonjak drastis dengan diperkenalkannya sistem dan program 'AI' ini, yang jelas menjadi sedikit perhatian terkait kapasitas pembangkitan, emisi karbon, dll," ujar Russell Hills seorang insinyur sistem pesawat ruang angkasa yang tidak terlibat dalam susunan tersebut kepada IFLScience.

Menurut pemerintah China, satelit-satelit tersebut akan menggunakan ruang hampa dingin di luar angkasa untuk pendinginan sementara susunan satelit superkomputer tersebut mengolah data dengan kapasitas gabungan 1.000 peta (1 kuintiliun) operasi per detik. Perusahaan-perusahaan lain telah mulai merancang satelit di mana pemrosesan data mentah dalam jumlah besar ini dapat dilakukan di luar angkasa, ditenagai oleh Matahari dan melepaskan panas buangannya ke luar angkasa, sehingga menurunkan emisi karbonnya.

China kini sedang menyelidiki pengujian bagaimana pemrosesan data dapat dilakukan di orbit.

"Mereka cukup spesifik tentang fakta bahwa mereka menempatkan data center di luar angkasa bukan karena di sanalah tempat yang lebih baik untuk data center. Melainkan karena ada kebutuhan bagi data center dan AI untuk berada di luar angkasa guna mengolah data berbasis luar angkasa," kata Hills.

Mengirim satelit ke luar angkasa juga lebih mudah dari sebelumnya, dan satelit-satelit ini mengumpulkan lebih banyak data daripada sebelumnya.

Data yang lebih sedikit untuk diunduh juga berarti stasiun bumi yang lebih kecil. Itu menandakan pula bahwa lebih banyak fleksibilitas dalam bagaimana dan di mana data tersebut sampai ke tangan manusia di Bumi.

Meskipun keuntungannya jelas, tantangannya tetap ada. Melakukan apa pun di luar angkasa itu perlu modal awal yang besar dan proses yang rumit. Jauh lebih sulit untuk merancang mesin yang kompleks untuk bekerja di luar angkasa. Kendati demikian, rencana China ini masih menjadi ide yang menarik untuk dibahas lebih lanjut.




(ask/ask)
Berita Terkait