Berbarengan Meteor Jatuh di Cirebon Ada Hujan Meteor Draconid
Hide Ads

Berbarengan Meteor Jatuh di Cirebon Ada Hujan Meteor Draconid

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 07 Okt 2025 06:45 WIB
Ilustrasi Hujan Meteor
Foto: Space.com
Jakarta -

Peristiwa jatuhnya meteor di Cirebon yang menghebohkan warga pada Minggu (5/10) malam, berbarengan dengan periode aktivitas hujan meteor Draconid, yang diperkirakan mencapai outburst pada malam tanggal 7 Oktober.

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin memastikan fenomena cahaya terang dan dentuman keras di Cirebon berasal dari meteor berukuran cukup besar, dan menegaskan meteor tersebut tidak menimbulkan kebakaran di darat sebagaimana ramai diberitakan di media sosial.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Meteor tidak menimbulkan api. Laporan kebakaran dekat tol itu tidak terkait meteor. Kemungkinan meteor jatuh di laut sehingga tidak menimbulkan kebakaran di darat," ujarnya saat dihubungi detikINET, Senin (6/10).

"Data dari laporan masyarakat, rekaman CCTV, hingga deteksi getaran BMKG menunjukkan meteor melintas sekitar pukul 18.30-18.35 WIB dan gelombang kejutnya terdeteksi pukul 18.39 WIB. Kesaksian mulai dari Tasik, Kuningan, hingga Cirebon menunjukkan meteor cukup besar yang menimbulkan gelombang kejut berupa suara dentuman," rincinya.

ADVERTISEMENT

Ia menambahkan, fenomena meteor besar seperti ini jarang terjadi di Indonesia, rata-rata puluhan tahun sekali, dan tidak dapat diprediksi sebelumnya karena pergerakannya cepat. Selain itu, ia juga meluruskan fenomena ini bukan bagian dari hujan meteor meski periodenya berbarengan.

"Hujan meteor itu ukurannya seperti pasir dan habis di atmosfer. Kalau yang kemarin ukurannya cukup besar," jelasnya.

Mengenal Hujan Meteor Draconid

Hujan meteor Draconid adalah hujan meteor minor yang hanya menghasilkan sekitar 10 meteor per jam. Hujan ini dihasilkan oleh butiran debu yang tertinggal dari komet 21P Giacobini-Zinner, yang pertama kali ditemukan pada 1900.

Draconid merupakan hujan meteor yang tidak biasa karena waktu terbaik untuk mengamatinya adalah di sore hari, bukan pagi hari seperti kebanyakan hujan meteor lainnya. Hujan meteor ini berlangsung setiap tahun pada 6-10 Oktober dan mencapai puncaknya tahun ini pada malam tanggal 7 Oktober.

Sayangnya, silau dari Bulan yang sedang fase purnama akan menghalangi sebagian besar meteor tahun ini. Dikarenakan frekuensi kemunculannya per jam pun rendah, mungkin sebaiknya kalian jangan terlalu berharap, kecuali benar-benar sabar menunggunya.

Waktu terbaik untuk mengamatinya adalah di sore hari dari lokasi gelap yang jauh dari lampu-lampu kota. Meteor akan memancar dari konstelasi Draco, tetapi dapat muncul di mana saja di langit.




(rns/rns)
Berita Terkait