Ilmuwan Temukan Kubah Pasir Bawah Laut, Ungkap Retakan Misterius di Kerak Bumi
Hide Ads

Ilmuwan Temukan Kubah Pasir Bawah Laut, Ungkap Retakan Misterius di Kerak Bumi

Rachmatunnisa - detikInet
Kamis, 25 Sep 2025 09:45 WIB
Dasar laut
Ilustrasi bawah laut. Foto: The Daily Galaxy
Jakarta -

Sesuatu yang aneh sedang terjadi di bawah air, di lepas pantai Norwegia, dan ini bukan sekadar keanehan dasar laut biasa. Struktur aneh ini, yang kini disebut sinkites , benar-benar mengubah pemahaman kita tentang lapisan-lapisan Bumi.

Temuan yang baru-baru ini dipublikasikan di jurnal Communications Earth & Environment ini merinci inversi geologis langka yang telah membuat para peneliti tercengang sekaligus terpesona.

Butuh perpaduan rasa ingin tahu, survei seismik, dan cukup banyak pemikiran ilmiah untuk memahami apa yang terjadi. Selama bertahun-tahun, para peneliti tidak dapat menjelaskan gundukan misterius yang terkubur jauh di bawah dasar laut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gundukan-gundukan itu tidak tampak seperti endapan pasir pada umumnya, dan tidak ada yang sepakat tentang bagaimana mereka terbentuk. Beberapa orang menduga tanah longsor bawah laut mungkin menjadi penyebabnya, sementara yang lain menduga lumpur dan pasir telah terdorong ke atas dari bawah. Namun, tak satu pun dari gagasan itu yang benar-benar dipahami, hingga sekarang.

ADVERTISEMENT

Revolusi Tenang Bawah Air

Biasanya, lapisan sedimen Bumi mengikuti pola yang cukup sederhana. Material yang lebih tua terkubur lebih dulu, kemudian material yang lebih baru menumpuk di atasnya, seperti membangun lapisan kue raksasa yang bergerak lambat. Konsep ini, yang dikenal sebagai hukum superposisi, merupakan salah satu aturan dasar geologi.

Namun, apa yang ditemukan para ilmuwan di bawah Laut Utara tidak sesuai dengan skenario. Sinkites ini, beberapa membentang lebih dari satu kilometer, sebenarnya terbuat dari pasir yang lebih muda dan lebih berat yang entah bagaimana berakhir di bawah lapisan yang lebih tua dan lebih ringan. Dan lapisan atas tersebut, sebagian besar terbuat dari ooze, sisa-sisa organisme laut kecil yang telah menetap di sana selama jutaan tahun.

Untuk mengetahui bagaimana lapisan terbalik ini terjadi, para peneliti dari Manchester University dan lembaga lainnya menggunakan pemindaian seismik 3D dan sampel batuan dari dasar laut. Dan perubahan besarnya? Pasir yang lebih muda tidak berada di atas sebagaimana mestinya. Pasir tersebut tenggelam.

Ketika Bumi Terguncang

Menurut para peneliti, kemungkinan besar gempa atau perubahan tekanan mendadak selama zaman Miosen dan Pliosen, antara 20 hingga 2,6 juta tahun yang lalu, yang memicu semuanya. Dalam kondisi yang tepat, pasir mulai berperilaku seperti tanah padat dan lebih seperti cairan kental. Pasir meresap melalui celah dan retakan pada batuan, mendorong jalannya ke bawah cairan yang lebih tua dan lebih lunak yang terdapat di dasar laut.

"Yang kami temukan adalah struktur di mana pasir padat telah tenggelam ke dalam sedimen yang lebih ringan yang mengapung ke atas pasir," kata Mads Huuse, seorang ahli geofisika dari Manchester University, yang terlibat dalam penelitian tersebut.

Dengan sentuhan puitis, mereka memberi nama struktur pasir yang tenggelam ini: sinkites. Sedimen yang lebih tua dan lebih ringan yang akhirnya mengapung di atas? Hal itu juga punya labelnya sendiri, floatites. Memang, nama-nama itu bukan yang paling mewah dalam geologi, tetapi mereka cukup mampu menceritakan kisahnya.

Sinkites Bukan Hanya Aneh

Sekilas, kubah pasir yang terkubur di bawah Laut Utara ini mungkin tampak seperti fenomena geologis yang unik. Namun, cara pembentukannya, pasir yang lebih muda dan lebih berat tenggelam di bawah sedimen yang lebih tua dan lebih ringan, memiliki beberapa konsekuensi serius di dunia nyata.

Jika material di bawah tanah dapat bergerak seperti ini dalam kondisi yang tepat, artinya para ilmuwan mungkin perlu memikirkan kembali cara mereka menilai reservoir bawah permukaan, terutama dalam hal eksplorasi minyak dan gas atau penangkapan dan penyimpanan karbon

Seperti yang dikatakan Mads Huuse, salah satu penulis utama studi ini, memahami bagaimana sinkite ini terbentuk dapat mengubah cara kita memahami 'penyegelan dan migrasi fluida' jauh di bawah permukaan Bumi.

Dan inilah kejutannya: ini mungkin hanya puncak gunung es. Para peneliti sudah mencari tempat lain di seluruh dunia tempat pembalikan lapisan yang sama mungkin terjadi. Jika formasi ini ternyata lebih umum daripada yang kita duga, hal itu dapat mengguncang beberapa asumsi paling dasar geologi tentang bagaimana kerak Bumi berevolusi dari waktu ke waktu.




(rns/afr)
Berita Terkait