9 Mitos Gerhana Matahari yang Dibantah Sains

Rachmatunnisa - detikInet
Senin, 22 Sep 2025 06:45 WIB
9 Mitos Gerhana Matahari yang Dibantah Sains Foto: News Week
Jakarta -

Manusia sudah sejak berabad-abad lalu menyaksikan fenomena gerhana bahkan sebelum sejarah tertulis. Selama rentang waktu yang panjang ini pemahaman ilmiah kita tentang berbagai fenomena di dunia pun berkembang pesat, termasuk tentang gerhana.

Karena itu, banyak gagasan lama tentang penyebab dan efek gerhana telah digantikan oleh penjelasan terperinci yang ilmiah. Namun demikian, beberapa mitos tampaknya masih sangat resisten terhadap penjelasan sains.

Berikut ini sembilan mitos gerhana yang sangat populer dan telah dibantah oleh sains, dikutip dari situs NASA.

1. Menyebabkan kebutaan

Selama gerhana Matahari total, ketika piringan Bulan sepenuhnya menutupi Matahari, korona Matahari hanya memancarkan radiasi elektromagnetik, meskipun terkadang dengan rona kehijauan.

Para ilmuwan telah mempelajari radiasi ini selama berabad-abad. Menjadi satu juta kali lebih redup daripada cahaya dari Matahari itu sendiri, tidak ada cahaya koronal yang dapat melintasi 150 juta kilometer ruang angkasa, menembus atmosfer padat kita, dan menyebabkan kebutaan.

Namun, jika kalian melihat Matahari sebelum fase totalitas, kalian akan melihat sekilas permukaan Matahari yang cemerlang dan inilah yang dapat menyebabkan kerusakan retina.

Meski demikian, manusia pun akan secara alamiah merespons dengan memalingkan wajah atau memejamkan mata untuk melindungi mata sebelum kerusakan parah benar-benar terjadi.

2. Membahayakan janin

Mitos ini menyebut radiasi berbahaya yang dipancarkan selama gerhana Matahari total dan membahayakan ibu hamil dan janin yang dikandungnya.

Meskipun radiasi elektromagnetik dari korona, yang terlihat sebagai cahaya, sangat aman, ada bentuk lain dari radiasi yang merambat ke Bumi dari Matahari.

Jauh di dalam interior Matahari di mana fusi nuklir terjadi untuk menerangi Matahari, partikel yang disebut neutrino lahir, dan meluncur tanpa hambatan dari Matahari dan ke luar angkasa.

Partikel ini juga melewati benda padat Bulan selama gerhana dan sedetik kemudian mencapai Bumi dan melewatinya juga. Setiap detik, tubuh kita dilempari oleh triliunan neutrino ini, tidak peduli apakah Matahari berada di atas atau di bawah cakrawala.

Satu-satunya konsekuensi adalah bahwa setiap beberapa menit beberapa atom dalam tubuh kita ditransmutasikan menjadi isotop yang berbeda dengan menyerap neutrino.

3. Meracuni makanan

Terkait dengan anggapan keliru tentang sinar Matahari yang berbahaya adalah bahwa selama gerhana Matahari total, konon beberapa jenis radiasi yang dihasilkan akan membahayakan makanan.

Jika demikian, seharusnya radiasi yang sama bisa merusak makanan di dapur atau tanaman di ladang. Jika seseorang secara tidak sengaja keracunan makanan selama gerhana, beberapa orang mungkin akan mengaitkannya dengan fenomena tersebut. Padahal, banyak orang di lokasi yang sama yang tidak mengalaminya.



Simak Video "Video: Ada Gerhana Matahari Sebagian 21 September 2025, Simak Faktanya"

(rns/afr)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork