Penyebab Bulan Berwarna Merah Darah Saat Gerhana 7-8 September
Hide Ads

Penyebab Bulan Berwarna Merah Darah Saat Gerhana 7-8 September

Rachmatunnisa - detikInet
Senin, 08 Sep 2025 10:40 WIB
Foto kolase fase terjadinya fenomena gerhana bulan total Blood Moon terlihat di langit Kota Depok, Jawa Barat, Senin (8/9/2025). Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan fenomena gerhana bulan total atau blood moon akan menghiasi langit Indonesia pada 7–8 September 2025, peristiwa ini bisa diamati dengan mata telanjang dari seluruh wilayah dan gerhana bulan terjadi ketika matahari, bumi, dan bulan berada dalam satu garis lurus. saat itu bulan memasuki bayangan bumi sehingga purnama tampak gelap. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Jakarta -

Pada 7-8 September, langit menampilkan fenomena langka Gerhana Bulan Total Blood Moon yang menakjubkan. Bulan bersinar dengan cahaya merah yang menawan. Fenomena ini, yang dahulu dianggap sebagai pertanda buruk, menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh para pecinta astronomi dan fotografer fenomena langit.

Apa Itu Blood Moon?

Blood Moon atau Bulan Merah Darah adalah deskripsi non-ilmiah dari warna Bulan yang terkadang terlihat merah dan berkarat. Warna tersebut adalah hasil dari Gerhana Bulan Total. Penyebutan ini umum di negara-negara Barat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun Gerhana Bulan total terjadi saat Bumi berada di antara Matahari dan Bulan, planet kita akan menghalangi sebagian besar sinar Matahari yang mencapai Bulan.

Mengapa Blood Moon Terlihat Merah?

Blood Moon terlihat merah dikarenakan fenomena hamburan Rayleigh. Ketika cahaya Matahari mengenai atmosfer kita, cahaya dalam spektrum biru dihamburkan lebih efisien daripada cahaya merah oleh partikel di dalamnya.

ADVERTISEMENT

Dengan lebih sedikit cahaya biru yang mengenai mata, kita akan melihat Matahari berwarna agak kuning. Semakin banyak atmosfer yang harus dilalui cahaya, misalnya saat Matahari terbit dan terbenam, semakin banyak cahaya biru yang tersebar, sehingga Matahari tampak lebih kuning atau merah.

Sebaliknya, saat Matahari berada tepat di atas kita, Matahari akan tampak lebih putih, karena cahaya biru memiliki lebih sedikit atmosfer yang harus dihamburkan untuk mencapai mata.

Selama gerhana Bulan, satu-satunya cahaya yang jatuh di Bulan (tidak termasuk cahaya bintang) adalah cahaya yang telah melewati atmosfer Bumi. Karena cahaya biru lebih mudah tersebar, sementara cahaya merah mengambil rute yang lebih langsung, hasilnya adalah Bulan bermandikan cahaya merah darah.

"Semakin banyak debu atau awan di atmosfer Bumi selama gerhana, Bulan akan tampak semakin merah. Seolah-olah semua Matahari terbit dan terbenam di dunia diproyeksikan ke Bulan," kata NASA, dikutip dari IFL Science.

Tak seperti gerhana Matahari, tidak diperlukan peralatan khusus apa pun untuk melihat gerhana Bulan, meskipun kalian bisa memilih menggunakan teropong atau teleskop agar lebih jelas menikmatinya.




(rns/rns)
Berita Terkait