Sebuah penyelidikan luar biasa menggunakan DNA gurita, berhasil memecahkan misteri Antartika purba. Penelitian ini membunyikan alarm akan potensi bencana global.
Dikutip dari 1News, studi ini mendapatkan penghargaan di ajang penghargaan sains tertinggi Australia. The Octopus and Ice Sheet Teams, yang dipimpin para peneliti dari James Cook University (JCU), CSIRO, dan Antarctic Research Centre, memenangkan Eureka Prize for Excellence in Interdisciplinary Scientific Research atas penelitian ini.
Ahli biologi molekuler dari JCU, Jan Strugnell, ikut memimpin tim yang menganalisis profil genetik gurita Turquet, yang hidup di sisi berlawanan dari Lapisan Es Antartika Barat.
Mereka membuktikan bahwa populasi-populasi tersebut terkait secara genetik, yang hanya mungkin terjadi jika lautan telah terhubung 120 ribu tahun yang lalu karena lapisan es mencair.
"Ini penting, karena memahami seberapa banyak es di Antartika selama periode interglasial terakhir ini, ketika kondisinya sangat mirip dengan saat ini, sangat penting untuk memahami apa yang akan terjadi di masa depan," kata Prof. Strugnell.
"Lapisan Es Antartika Barat juga merupakan penyumbang terbesar Antartika terhadap kenaikan muka air laut global saat ini. Keruntuhan total dapat meningkatkan muka air laut global antara tiga hingga lima meter," jelasnya.
Temuan yang dipublikasikan di jurnal Science ini mengandung implikasi yang mengerikan: runtuhnya lapisan es dan kenaikan muka air laut yang diakibatkannya dapat terjadi bahkan jika mitigasi perubahan iklim berhasil dan hanya ada sedikit kenaikan suhu.
Prof. Strugnell juga merupakan bagian dari tim yang penelitiannya dipublikasikan di jurnal sains Nature pada Agustus lalu, yang menemukan bahwa lapisan es tersebut berisiko tinggi runtuh kecuali tindakan segera diambil untuk mengekang emisi gas rumah kaca global.
"Ini seharusnya sangat mengkhawatirkan kita semua. Kita benar-benar perlu mengurangi emisi karbon, karena ini adalah satu-satunya hal yang akan menghentikan runtuhnya lapisan es, dan kenaikan permukaan laut setinggi tiga meter akan berdampak sangat besar bagi banyak kota di Australia," kata Prof. Strugnell.
Teknik genomik modern dan sampel yang dikumpulkan dengan cermat dari sekitar Antartika selama 40 tahun memungkinkan tim untuk menyusun kapsul waktu DNA.
"Sains benar-benar tentang berdiri di atas bahu para raksasa. Dibutuhkan tim multidisiplin untuk mencapai ini, yang sangat kami banggakan, dan sungguh luar biasa dapat bekerja sama dengan para ahli geologi dan oseanografi, ilmuwan museum, pakar genomik, dan ahli bioinformatika," beber Prof. Strugnell.
"Semoga studi kami benar-benar menunjukkan kekuatan menyatukan orang-orang dari berbagai bidang, kolaborasi internasional yang menyatukan kumpulan data yang kuat yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penting bagi ilmu fisika," imbuhnya.
Direktur Australia Museum, Kim McKay, mengatakan bahwa 20 pemenang Eureka Prize menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk mendukung dan mempromosikan pencapaian ilmiah Australia dan pentingnya investasi dalam penelitian.
"Penelitian Australia perlu didukung dan didanai agar para ilmuwan dapat terus mengembangkan solusi praktis untuk tantangan global," ujarnya.
"Penekanan pada sistem laut, mulai dari hutan hingga terumbu karang, mencerminkan semakin diakuinya peran penting ekosistem laut dalam ketahanan iklim dan konservasi keanekaragaman hayati," simpulnya.
Simak Video "Video: Unik! Gunung Berapi di Antartika Muntahkan Emas Setiap Hari"
(rns/rns)