Futuris Prediksi di 2050 Manusia Bisa 'Hidup Abadi'
Hide Ads

Futuris Prediksi di 2050 Manusia Bisa 'Hidup Abadi'

Rachmatunnisa - detikInet
Kamis, 14 Agu 2025 06:17 WIB
Ilustrasi Otak Pintar
Futuris Prediksi di 2050 Manusia Bisa 'Hidup Abadi' Foto: Getty Images/iStockphoto/Unya-MT
Jakarta -

Para futuris memprediksi, di 2050, manusia bisa berumur panjang nyaris hidup abadi. Mereka percaya bahwa umat manusia semakin dekat dengan kemungkinan 'keabadian'.

Para visioner teknologi ini tidak memandang peningkatan harapan hidup dengan cara yang sama seperti para peneliti di bidang 'umur panjang' arus utama, yang berupaya memperlambat penuaan agar kita dapat hidup hingga satu abad dengan kesehatan yang relatif baik. Sebaliknya, manusia dapat memperpanjang harapan hidup alami hingga sepuluh kali lipat, menurut para visioner sains, teknologi, dan medis seperti Ray Kurzweil, Ian Pearson, dan Aubrey de Grey.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari Popular Mechanics, para visioner memperkirakan bahwa, sekitar 25 tahun lagi dari sekarang, umat manusia dapat mencapai apa yang secara biologis tidak mungkin melalui kombinasi kemajuan dalam AI, komputasi awan, dan robotika. Hal ini lebih merupakan masalah kapan terobosan ini akan datang.

Misalnya, futuris, penulis, dan ilmuwan komputer terkenal Ray Kurzweil mengantisipasi kedatangan singularitas yang digerakkan oleh AI pada 2029, ketika kecerdasan buatan akan melampaui kecerdasan manusia. Pada 2045, Kurzweil meramalkan penggabungan antara manusia dan mesin, melalui antarmuka otak-komputer dan kesadaran berbasis cloud, serta nanobot yang dimasukkan secara non-invasif ke dalam tubuh kita.

ADVERTISEMENT

Bersama-sama, inovasi ini tidak hanya akan mengarah pada keabadian, setidaknya dalam wujud pemikiran, tetapi juga pada kecerdasan manusia kolektif yang jutaan kali lebih kuat daripada yang ada saat ini, katanya.

Konsep teknologi sebagai penyelamat kita bukanlah ide baru, tetapi popularitasnya semakin meningkat di kalangan visioner teknologi. Miliarder Marc Andreessen, salah satu pendiri browser internet Netscape di awal 1990-an, sangat yakin akan janji-janji inovasi teknologi di masa depan, seperti yang ia ungkapkan dalam blog miliknya, 'Techno-Optimist Manifesto', di 2023.

"Peradaban kita dibangun di atas teknologi. Teknologi adalah kejayaan ambisi dan pencapaian manusia, ujung tombak kemajuan, dan perwujudan potensi kita," tulisnya.

Meskipun optimisme teknologi penting untuk mengembangkan solusi kreatif, optimisme tersebut tidak dapat menyelesaikan setiap masalah, menurut dua profesor yang mempelajari dampak sosial dari teknologi digital dan inovasi.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada April 2024 di The Conversation, mereka mengatakan bahwa isu-isu kompleks seperti kemiskinan pasti akan memiliki solusi multi-cabang, yang mungkin hanya sebagian saja melibatkan teknologi. Kekhawatiran lain muncul seiring keyakinan bahwa teknologi dapat menyelesaikan semua permasalahan sosial.

"Ada juga konsekuensi politik, lingkungan, dan ekonomi dari pandangan ini. Sebagai posisi ideologis, hal ini mengutamakan kepentingan orang-orang tertentu, seringkali mereka yang sudah memiliki kekuasaan dan sumber daya yang sangat besar, di atas kepentingan orang lain," kata mereka.

Ilmuwan dan futuris Inggris, Ian Pearson, mengakui bahwa tampaknya hanya individu terkaya yang dapat menikmati hasil dari teknologi aspiratif apa pun yang berkontribusi pada harapan hidup hingga ribuan tahun. Ia memprediksi bahwa pada 2050, individu-individu beruntung dapat mencapai umur panjang tersebut melalui kombinasi rekayasa genetika, robotika, dan kesadaran digital yang diunggah ke ruang virtual, atau bahkan ke dalam tubuh buatan baru.

Dengan demikian, tubuh yang menua secara normal tidak akan lagi menjadi penghalang bagi manusia yang ingin terus hidup. Ia berpendapat bahwa teknologi-teknologi ini akan mengalir secara bertahap ke kelas menengah. Namun, Pearson juga meramalkan kemajuan pesat dalam pengobatan penyakit seperti kanker dan penyakit jantung, serta kemampuan untuk membalikkan kerusakan sel, yang pada akhirnya menyebabkan kematian sel dan berkontribusi terhadap penyakit.

Ahli gerontologi biomedis dan futuris Aubrey de Grey, sepakat bahwa penuaan suatu hari nanti dapat disembuhkan melalui kemajuan medis. Alih-alih menjadi bagian tak terelakkan dari kehidupan, penuaan akan menjadi kondisi yang dapat diobati pada 2050, prediksinya. Bayangkan kita benar-benar mencapai umur 1.000 tahun.

"Sulit untuk mengatakan bagaimana otak manusia akan merespons selama hidup yang begitu panjang. Namun, orang-orang tidak termotivasi hanya oleh pikiran tentang kematian. Anak muda sekarang, di usia remaja atau 20-an, tidak terdorong oleh kematian atau fakta bahwa mereka akan meninggal 50 tahun dari sekarang," simpulnya.




(rns/rns)
Berita Terkait