Tetangga Indonesia Ini Jadi 'Negara' Pertama yang Presiden dan Menterinya AI
Hide Ads

Tetangga Indonesia Ini Jadi 'Negara' Pertama yang Presiden dan Menterinya AI

Rachmatunnisa - detikInet
Rabu, 06 Agu 2025 08:15 WIB
Sensay Island
Sensay startup AI yang berbasis di London, Inggris, mengumumkan pembentukan Pulau Sensay, 'negara' pertama di dunia yang pemerintahannya AI. Foto: Sensayisland.com
Jakarta -

Sensay startup AI yang berbasis di London, Inggris, mengumumkan pembentukan Pulau Sensay, 'negara' pertama di dunia yang diperintah oleh kecerdasan buatan atau AI.

Pulau eksperimental ini, yang terletak di lepas pantai negara tetangga Indonesia, yakni Filipina, akan didukung oleh kecerdasan buatan dan dipimpin oleh replika digital dari beberapa tokoh dan pemimpin terhebat dalam sejarah.

Dari Kaisar Romawi Marcus Aurelius hingga Perdana Menteri Inggris era 1940-1950an Winston Churchill, proyek ini menawarkan pandangan baru tentang pemerintahan, yang bertujuan menunjukkan bagaimana AI dapat memerintah tanpa adanya keberpihakan politik dan penundaan birokrasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kabinet Digital

Pemerintahan pulau ini akan berpusat pada kabinet AI yang terdiri dari 17 tokoh sejarah, yang masing-masing dihidupkan melalui replika digital yang tampak nyata.

ADVERTISEMENT

Marcus Aurelius 'terpilih' menjabat sebagai presiden pulau tersebut, sementara Winston Churchill akan menjabat sebagai perdana menteri. Anggota kabinet lainnya termasuk tokoh-tokoh terkemuka seperti Nelson Mandela sebagai menteri kehakiman, Eleanor Roosevelt yang menangani urusan luar negeri, dan Florence Nightingale sebagai menteri kesehatan.

Replika AI telah dilatih secara cermat berdasarkan pidato, tulisan, dan filosofi tokoh sejarah masing-masing untuk memastikan kepribadian dan gaya pengambilan keputusan mereka terwakili secara autentik.

Baik penduduk maupun pengunjung dapat berinteraksi dengan replika AI ini, mendiskusikan kebijakan dan proposal melalui situs web Sensay Island. Pengaturan ini bertujuan untuk mendemonstrasikan bagaimana AI dapat berfungsi sebagai badan pemerintahan, mengurangi bias manusia yang sering mengganggu pengambilan keputusan dalam sistem politik tradisional.

Eksperimen yang Berkelanjutan dan Inklusif

Terletak di provinsi Palawan Barat, Pulau Sensay membentang seluas 3,4 kilometer persegi dan menawarkan lanskap yang rimbun, pantai tropis, dan laguna sebening kristal.

Suhu rata-rata pulau ini mencapai 26Β°C dan angin sepoi-sepoi bertiup sepanjang tahun, menjadikannya lokasi ideal untuk inovasi yang berpusat pada ekologi dan manusia.

Pulau ini akan dikembangkan berdasarkan peta jalan (roadmap) ambisius selama empat tahun. Pada tahun pertama, jaringan mikro energi terbarukan Pulau Sensay akan beroperasi, yang akan memasok listrik ke pulau tersebut secara berkelanjutan.

Pada 2027, pulau ini akan dibuka pertama kalinya untuk dihuni penduduk, bersamaan dengan deklarasi 60% suaka lingkungan untuk melindungi keindahan alamnya. Inisiatif ini menyeimbangkan aktivitas manusia dengan pelestarian ekologi, memastikan keberlanjutan jangka panjang pulau ini. Tujuan akhir proyek ini adalah menyelenggarakan Global AI-Governance Symposium pertamanya pada 2028, yang mempertemukan para pakar global untuk membahas masa depan kecerdasan buatan dalam tata kelola.

E-Residency dan Partisipasi Global

Salah satu aspek paling unik dari Pulau Sensay adalah program E-residensinya, yang memungkinkan individu dari seluruh dunia untuk mendaftar sebagai 'E-residen' dan terlibat aktif dalam proses pengambilan keputusan di pulau tersebut.

Melalui platform akses terbuka, para E-residen akan dapat mengusulkan kebijakan, yang akan dibahas secara publik oleh kabinet digital sebelum pemungutan suara.

Tujuannya adalah untuk menawarkan cara baru dan transparan bagi individu untuk berpartisipasi dalam pemerintahan, menjadikannya tidak hanya uji kemampuan AI tetapi juga eksperimen global dalam demokrasi digital.

Keterbukaan ini dirancang untuk mendorong kolaborasi internasional dan memberikan wawasan tentang bagaimana AI dapat memengaruhi pembuatan kebijakan global. Sensay berharap dapat memberi contoh bagaimana AI dapat bekerja tanpa batasan agenda politik tradisional, memungkinkan pengambilan keputusan yang semata-mata berdasarkan prestasi dan debat yang terinformasi.

Visi Tata Kelola AI

Menurut pendiri Sensay, Dan Thomson, proyek ini merupakan eksplorasi yang berani tentang bagaimana AI dapat menantang sistem tata kelola konvensional.

"Inisiatif ini bertujuan untuk menunjukkan potensi kepemimpinan berbasis AI, yang bebas dari pengaruh partisan yang sering kali membentuk keputusan pemerintah," ujarnya.

Investasi pre-seed perusahaan sebesar 2,5 juta poundsterling baru-baru ini mendukung visi tersebut, yang memungkinkan Sensay mengambil langkah-langkah menuju realisasi proyek ambisius ini.

Mengenai masa depan, Sensay Island menawarkan gambaran sekilas tentang seperti apa tata kelola AI nantinya, dan mengundang orang-orang untuk menjadi bagian dari eksperimen ini.

Dengan pengembangannya yang baru saja dimulai, proyek ini bertujuan membuka pintunya bagi para pengamat pada pertengahan 2026, diikuti oleh residensi penelitian dan, pada akhirnya, kewarganegaraan permanen 'negara AI'.

Saksikan Live DetikPagi :




(rns/afr)
Berita Terkait