Ditemukan 'Pabrik Lemak' Zaman Neanderthal di Jerman, Ini Fungsinya

Rachmatunnisa - detikInet
Minggu, 20 Jul 2025 19:00 WIB
Situs yang dikenal sebagai Neumark-Nord, di selatan kota Halle, Jerman. Foto: Leiden University
Jakarta -

Manusia Zaman Batu yang tinggal di tepi danau di wilayah yang sekarang merupakan Jerman, secara sistematis memproses bangkai hewan untuk mendapatkan nutrisi lemak. Ilmuwan menggambarkannya sebagai 'pabrik lemak' karena merebus tulang belulang dalam skala besar.

Para arkeolog menemukan pabrik tersebut dengan menganalisis sekitar 120 ribu fragmen tulang dan 16 ribu peralatan batu api yang digali selama beberapa tahun di sebuah situs yang dikenal sebagai Neumark-Nord, di selatan kota Halle.

Temuan studi ini disampaikan dalam jurnal ilmiah yang dipublikasikan di Science Advances. Para penggali menemukan artefak tersebut di samping bukti penggunaan api.

Para peneliti yakin bahwa Neanderthal, spesies manusia punah yang diketahui pernah hidup di daerah itu sekitar 125 ribu tahun yang lalu, menghancurkan tulang-tulang yang kaya akan sumsum menjadi beberapa bagian dengan palu batu, lalu merebusnya selama beberapa jam untuk mengambil lemak yang mengapung ke permukaan dan dapat diambil setelah dingin.

Karena keahlian ini melibatkan perencanaan perburuan, pengangkutan, dan penyimpanan bangkai di luar kebutuhan makanan langsung, dan pengolahan lemak di area yang khusus ditetapkan untuk tugas tersebut, temuan ini membantu menggambarkan organisasi kelompok, strategi dan keterampilan bertahan hidup yang terasah secara mendalam.

"Anggapan bahwa Neanderthal itu bodoh, ini adalah titik data lain yang membuktikan sebaliknya," kata Wil Roebroeks, rekan penulis studi dan profesor arkeologi Paleolitik di Leiden University di Belanda, dikutip dari CNN, Minggu (20/7/2025).

Serangkaian penemuan arkeologi dalam beberapa dekade terakhir menunjukkan bahwa Neanderthal lebih cerdas daripada stereotip awal mereka yang brutal. Manusia purba ini hidup di seluruh Eurasia dan punah 40 ribu tahun yang lalu, dan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mereka membuat benang dan lem, mengukir tulang dan dinding gua, serta merakit perhiasan dari cakar elang.

Rincian dalam penelitian baru ini menunjukkan bahwa Neanderthal mungkin juga sangat canggih dalam pendekatan mereka terhadap nutrisi.

Ancaman keracunan protein

Menurut penelitian tersebut, manusia Neanderthal yang tinggal di situs tersebut selama periode 300 tahun juga memahami dengan jelas nilai gizi dari lemak tulang yang mereka hasilkan.

Sejumlah kecil lemak merupakan bagian penting dari pola makan yang sehat dan seimbang. Zat ini bahkan lebih penting bagi para pemburu-pengumpul, seperti Neanderthal, yang kemungkinan besar sangat bergantung pada makanan hewani.

Pola makan yang didominasi daging tanpa lemak dan kekurangan asam lemak dapat menyebabkan malnutrisi yang melemahkan dan terkadang mematikan, dengan kapasitas enzim hati untuk memecah protein dan membuang kelebihan nitrogen terganggu, catat para peneliti dalam makalah mereka.

Kondisi ini, yang kini dikenal sebagai keracunan protein, mendapatkan reputasi di kalangan penjelajah Eropa awal di Amerika Utara sebagai 'keracunan kelinci' atau 'mal de caribou'.

Para pemburu-pengumpul seperti Neanderthal, dengan berat badan rata-rata antara 50-80 kilogram, harus menjaga asupan protein makanan mereka di bawah 300 gram (sekitar 10 ons) per hari untuk menghindari kondisi tersebut.

Jumlah tersebut setara dengan sekitar 1.200 kalori, tingkat asupan yang jauh di bawah kebutuhan energi harian, menurut penelitian tersebut. Akibatnya, Neanderthal kemungkinan perlu mendapatkan sisa kalori dari sumber non-protein, baik lemak maupun karbohidrat.

Potongan daging dari otot hewan mengandung sangat sedikit lemak, sehingga tulang, yang mengandung sumsum dan jaringan lemak lainnya bahkan ketika hewan kekurangan gizi, menjadi sumber daya yang lebih penting.

Para peneliti menemukan bahwa sebagian besar sisa-sisa di situs tersebut berasal dari 172 hewan besar, termasuk kuda, rusa, dan auroch, makhluk besar mirip sapi yang kini telah punah. Neanderthal telah memilih tulang terpanjang yang mungkin mengandung sumsum tulang terbanyak, demikian temuan studi tersebut.

Cara Neanderthal mengolah tulang

Bagaimana tepatnya Neanderthal memproses tulang-tulang tersebut masih belum jelas. Manusia purba kemungkinan besar membuat wadah atau pot dari kulit kayu birch, kulit binatang, atau bagian tubuh lainnya seperti lapisan perut, mengisinya dengan air, dan menggantungnya di atas api, kata Roebroeks.

Neanderthal mungkin telah mengonsumsi lemak yang mereka hasilkan sebagai 'kaldu berminyak' yang mungkin telah ditambahkan tumbuhan untuk menambah rasa sekaligus nilai gizi, ujar rekan penulis studi Geoff Smith, peneliti senior zooarkeologi di University of Reading. Ia mencatat, ada sisa-sisa hazelnut, biji ek, dan plum sloe yang hangus ditemukan selama penggalian.

"Mereka bukan pemburu-pengumpul biasa yang hanya bertahan hidup sehari-hari, mereka adalah perencana ulung yang dapat melihat ke depan, mengatur tugas-tugas kompleks, dan memanfaatkan setiap kalori yang ada di lingkungan mereka," kata Smith.

Temuan ini menarik, menurut Ludovic Slimak, seorang arkeolog di French National Centre for Scientific Research (CNRS) dan Paul Sabatier University di Toulouse, Prancis. Slimak tidak terlibat dalam penelitian ini.

"Mereka akhirnya menawarkan konfirmasi arkeologis yang jelas tentang apa yang telah lama kita duga: bahwa Neanderthal tidak hanya menghargai lipid dalam tulang tetapi juga mengembangkan strategi khusus untuk mengekstrak dan memprosesnya," kata Slimak, yang merupakan penulis 'The Last Neanderthal'.

"Hal ini sejalan erat dengan catatan arkeologi yang lebih luas, yang menunjukkan bahwa Neanderthal adalah pemburu hewan besar yang sangat terampil dengan kemampuan adaptasi ekologis yang sangat baik," tambahnya.

"Situs Neumark-Nord merupakan contoh terbaik dari replikasi tulang-lemak dari periode Zaman Batu ini," ujar Bruce Hardy, Profesor Antropologi J. Kenneth Smail di Kenyon College di Gambier, Ohio. Hardy juga tidak terlibat dalam penelitian ini.

"Kombinasi bukti yang disajikan di Neumark-Nord ini sangat mengesankan. Bukti ini mungkin saja menggambarkan api membara, atau kaldu tulang mendidih, dari proses pembuatan lemak tulang Neanderthal," kata Hardy.



Simak Video "Penemuan Kerangka Manusia Purba 6800 Tahun di Jerman "

(rns/hps)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork