Kenapa Kita Tidak Bisa Melihat Udara? Ini Jawaban Ilmiahnya
Hide Ads

Kenapa Kita Tidak Bisa Melihat Udara? Ini Jawaban Ilmiahnya

Fino Yurio Kristo - detikInet
Selasa, 15 Jul 2025 18:00 WIB
A hot air balloon at Jeju Island. (Photo: Facebook/oreumballoontour) 
Read more at https://www.channelnewsasia.com/news/asia/south-korea-jeju-island-hot-air-balloon-crash-10130232
Foto: Facebook/oreumballoontour
Jakarta -

Udara adalah materi yang ada di sekitar kita, memenuhi paru-paru, rumah, dan membentang di permukaan Bumi. Namun mengapa kita tidak bisa melihat udara? Jawabannya terletak pada sifat-sifat cahaya dan komposisi udara itu sendiri.

Udara adalah campuran berbagai gas, terutama nitrogen (78%) dan oksigen (21%), dengan jejak uap air, argon, karbon dioksida, dan senyawa lain. Gas tersebut terdiri dari molekul-molekul yang terlalu kecil dan terlalu menyebar sehingga tak bisa menyebar cahaya dengan cara yang sama seperti partikel yang lebih besar dan lebih padat.

Cahaya, yang merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik, berinteraksi dengan materi dalam berbagai cara. Cahaya dapat dipantulkan, dibiaskan, diserap, atau dihamburkan. Ketika cahaya bertemu suatu objek, yang kita lihat adalah cahaya yang dipantulkan atau dihamburkan kembali ke mata.

Dalam kasus udara, dikutip detikINET dari Science Notes, molekul-molekulnya sangat kecil sehingga tidak menyebarkan atau menyerap cahaya tampak secara efektif. Akibatnya, sebagian besar cahaya melewatinya secara langsung, membuat udara tampak tak terlihat oleh mata.

Namun, udara tidak sama transparannya di seluruh spektrum elektromagnetik. Secara khusus, udara menyerap beberapa cahaya ultraviolet, inframerah, dan sinar-X. Namun mata manusia tidak melihat cahaya ini karena berevolusi untuk memberi visibilitas terbaik untuk medium di sekitar.

Meski kita tidak dapat melihat udara secara langsung, ada cara mengamatinya tidak langsung. Walau udara tak menyeba cahaya dengan sangat efektif, ia menyebarkan beberapa cahaya, terutama cahaya dengan panjang gelombang lebih pendek seperti cahaya biru dan ungu. Hamburan sinar Matahari oleh atmosfer inilah yang menyebabkan langit tampak biru.

Kita dapat melihat efek udara, seperti ketika ia menggerakkan benda-benda. Ketika melihat dedaunan bergoyang di pohon, itulah udara yang sedang bergerak.

Lalu ketika udara mendingin, uap air mengembun menjadi tetesan kecil yang membentuk awan atau kabut. Partikel kecil seperti debu, asap, atau polutan juga dapat menyebar dan menyerap cahaya, sehingga udara tampak kabur.

Udara tak terlihat dalam keadaan normal tapi ketika dikompresi atau dipanaskan, ia menjadi terlihat. Misalnya, udara dalam fatamorgana berkilauan karena cahaya dibiaskan atau dibengkokkan oleh udara panas. Distorsi yang terlihat di atas jalan yang panas adalah contoh lain bagaimana udara jadi terlihat karena perbedaan suhu.




(fyk/fay)