Pada masa 56 juta tahun lalu, Bumi mengalami periode Maksimum Termal Paleosen-Eosen, atau periode 200 ribu tahun pelepasan karbon cepat dan pemanasan global yang mengubah lautan Bumi menjadi asam dan ukuran hewan darat tiba-tiba menjadi jauh lebih kecil.
Beberapa hewan bahkan menyusut hingga hanya 30% dari ukuran aslinya, karena beradaptasi terhadap peningkatan suhu yang dikenal sebagai hukum kubus-kuadrat. Cara ini berfungsi mengatasi panas karena pengurangan volume menyebabkan rasio luas permukaan yang lebih besar, sesuatu yang kita butuhkan untuk mendinginkan diri. Kebetulan, teori itu juga membuat makhluk hidup cocok untuk menumpang pergi ke luar angkasa.
Itulah nasib kuda paling awal yang diketahui, Sifrhippus sandrae. Salah satu nenek moyang kuda ini awalnya memiliki berat sekitar 5,4 kilogram (12 pon) tetapi selama Maksimum Termal Paleosen-Eosen, beratnya hanya 3,9 kilogram.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Fosilnya yang berupa rahang lengkap dengan gigi dan berasal dari 56 juta tahun lalu, selama ini disimpan di Museum Sejarah Alam Florida. Untuk waktu yang singkat, pada Agustus 2024, ia pergi ke luar angkasa.
"Fosil-fosil itu harus kecil agar dapat melakukan perjalanan," kata kurator paleontologi vertebrata Jon Bloch, seperti dikutip dari IFL Science.
Bloch dan rekannya Roger Portell, direktur koleksi paleontologi invertebrata, memilih tiga fosil kecil berharga untuk dibawa bersama ahli genetika Rob Ferl di atas roket New Shepard milik Blue Origin.
Bloch dan Portell mempersempit pilihannya menjadi fosil yang berasal dari bab singkat namun formatif dalam sejarah Bumi, yakni periode saat terjadi Termal Maksimum Paleosen-Eosen.
![]() |
Selain kuda mini, Teilhardina yang merupakan nenek moyang primata modern tertua juga diketahui muncul selama periode waktu ini. Dengan ukuran sebesar tarsius (primata berukuran 10 cm), Teilhardina dapat muat di telapak tangan manusia, menjadikannya spesimen berukuran pas lainnya untuk dibawa ke antariksa.
Lalu ada juga cangkang siput Bulan. Fosil siput ini berasal dari 2,9 juta tahun lalu dan punya trik keren, yakni dapat mengembangkan 'kakinya' hingga empat kali ukuran normalnya saat berburu, menggunakan lidahnya yang dilapisi gigi untuk membunuh kerang.
Untuk diketahui, misi Ferl ke luar angkasa adalah melanjutkan penelitiannya tentang efek percepatan dan gravitasi nol pada tanaman, penelitian yang didanai NASA yang mengharuskannya mengenakan tabung sampel di kakinya. Sampel ini kemudian akan dianalisisnya saat kembali ke Bumi. Sedangkan fosil-fosil yang dibawanya berfungsi sebagai pengingat tentang seberapa jauh planet kita telah berkembang.
(rns/rns)