Sebuah survei awal penelitian arkeologi di Kepulauan Banda, Provinsi Maluku, Indonesia timur, menunjukkan sejumlah bukti keberadaan peradaban kuno.
Ada tiga pulau berdekatan yang menyimpan misteri ini, yakni Pulau Karaka, Banda Neira, dan Banda Besar atau Lontor. Hal ini diungkap arkeolog Universitas Indonesia Dr Ali Akbar.
Ia menyebut, jejak peradaban di masing-masing pulau mengindikasikan tempat-tempat tersebut memiliki fungsi berbeda, namun saling terkait.
"Di Pulau Karaka itu ditemukan sejumlah menhir indikasi pulau tersebut digunakan untuk ritual, lalu Banda Neira yang berjarak 15 menit pakai perahu banyak gerabah-gerabah, diduga adalah pemukiman. Lalu di Banda Besar ada indikasi tempat ini semacam pusat pemerintahan, ada semacam gerbang batu besar," kata Ali saat berbincang dengan detikINET.
Survei awal ini akan ditindaklanjuti dengan penelitian lebih komprehensif melalui studi kolaborasi Arkeologi Universitas Indonesia dengan Universitas Banda Neira.
Arkeolog yang juga meneliti situs Gunung Padang ini berencana penelitian lanjutan bersama tim Universitas Banda Neira sudah bisa dimulai sebelum akhir tahun.
Kondisi Pulau
Di antara ketiga tempat tersebut, hanya Pulau Karaka yang tak berpenghuni. Selain menhir penanda ritual, ditemukan sejumlah batu yang membentuk anak tangga.
"Karena mungkin belum terjamah arkeolog, dianggap batu berserakan saja. Tapi setelah saya bersihkan sedikit, itu ada polanya. Seperti tangga dan ada anak tangganya," paparnya.
Disebutkan Ali, indikasi lain bahwa Pulau Karaka menjadi tempat ritual keagamaan adalah karena menhir tersebut menghadap ke gunung. Terdapat gunung berapi aktif di dekatnya, yang disebut Gunung Sanghyang. Kondisi ini menurutnya serupa dengan situs Gunung Padang di Cianjur Jawa Barat yang menghadap Gunung Gede Pangrango.
Sedangkan di Banda Neira, selain ditemukan gerabah dan tembikar, ditemukan pula batu-batu yang disusun berbentuk melingkar. "Biasanya pola seperti ini dipakai untuk semacam musyawarah tempat bertemu para tetua mereka duduk melingkar," ujarnya.
Di Banda Besar atau Lontor, beberapa batu peninggalan ada yang menyatu dengan pemukiman bahkan menempel dengan rumah penduduk dikarenakan mereka tidak tahu kalau batu-batu itu berpotensi memiliki sejarah purbakala.
"Dikira (warga) batu alami saja. Ketika dicek kelihatan memang itu batu besar yang sengaja ditancapkan, ada dua di kanan kiri di halaman rumah warga seperti gerbang. Itu yang keren, jadi kalau turun dari pantai terus mengarah ke gerbang itu. Kalau diteruskan ke atas itu puncak tertingginya kawasan itu," urainya.
Simak Video "Video POV: Lihat Langsung Koleksi Artefak Bersejarah di BRIN"
(rns/afr)