Berbagai jenis satelit buatan manusia sangat diperlukan untuk mendukung beragam aktivitas mulai dari penyiaran, komunikasi, navigasi hingga penginderaan jarak jauh.
Setiap satelit yang dikirim ke orbit Bumi dilengkapi berbagai instrumen dan kamera sensitif untuk mempelajari Bumi dan planet lain, bahkan mengamati alam semesta yang jauh.
Karena bidang pandangnya yang luas dan resolusi spasial berkualitas tinggi, satelit dapat mengumpulkan informasi jauh lebih cepat dibandingkan sensor yang berbasis di darat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun terdapat berbagai jenis satelit, semuanya mematuhi hukum fisika dan perhitungan matematis yang sama setelah mencapai luar angkasa. Berikut adalah jenis-jenis satelit berdasarkan ketinggian orbitnya seperti dikutip dari EOS Data Analytics.
Saat memilih jenis orbit, pengembang satelit ruang angkasa harus mempertimbangkan tujuan yang dimaksudkan, data yang diperoleh, dan layanan yang ditawarkan, serta biaya, cakupan area, dan kelayakan orbit yang berbeda.
1. Low Earth Orbit (LEO)
Satelit LEO atau orbit Bumi rendah bergerak pada ketinggian sekitar 160-1.500 kilometer di atas permukaan Bumi. Mereka memiliki periode orbit yang pendek, antara 90 hingga 120 menit, yang berarti mereka dapat melakukan perjalanan mengelilingi planet ini hingga 16 kali sehari.
Kondisi ini membuat mereka sangat cocok untuk semua jenis penginderaan jauh, observasi Bumi resolusi tinggi, dan penelitian ilmiah, karena data dapat diperoleh dan dikirim dengan cepat. Salah satu contohnya adalah satelit Starlink milik SpaceX.
2. Medium Earth Orbit (MEO)
Satelit jenis MEO atau orbit Bumi menengah, terletak di antara orbit Bumi rendah dan orbit geostasioner, biasanya pada ketinggian sekitar 5.000 hingga 20.000 kilometer.
Layanan penentuan posisi dan navigasi seperti GPS, banyak menggunakan satelit jenis MEO. Baru-baru ini, konstelasi MEO High throughput satellite (HTS) telah dioperasikan untuk memungkinkan komunikasi data latensi rendah ke penyedia layanan, organisasi komersial, dan pemerintah.
Dengan periode orbitnya yang lebih panjang (biasanya antara 2 hingga 12 jam), satelit jenis ini menawarkan medium yang nyaman antara cakupan area dan kecepatan transmisi data.
3. Geostasioner Orbit (GEO)
Satelit GEO atau yang berada di orbit Bumi geostasioner diposisikan 35.786 kilometer di atas permukaan Bumi, tepatnya di atas garis khatulistiwa. Tiga mesin dengan jarak yang sama di GEO dapat memberikan jangkauan hampir seluruh dunia berkat luasnya wilayah yang dicakupnya di Bumi.
Objek di GEO tampak tidak bergerak dari permukaan tanah karena periode orbitnya identik dengan rotasi Bumi, yakni 23 jam, 56 menit, dan 4 detik. Hal ini memungkinkan antena terestrial untuk selalu mengarah ke perangkat yang sama di luar angkasa.
Itu sebabnya, satelit jenis ini sangat cocok untuk layanan komunikasi yang selalu aktif seperti TV dan telepon. Selain itu, jenis ini dapat digunakan dalam meteorologi untuk mengawasi cuaca di wilayah tertentu dan melacak perkembangan pola lokal.
Kelemahan satelit jenis GEO untuk komunikasi real-time adalah penundaan sinyal yang lebih lama karena jaraknya yang jauh dari Bumi. Salah satu contoh satelit GEO adalah Satelit Satria-1.
4. Sun-Synchronous Orbit (SSO)
Satelit jenis orbit sinkron Matahari (Sun-Synchronous Orbit/SSO) bergerak dari utara ke selatan melintasi wilayah kutub pada ketinggian 600 hingga 800 km di atas Bumi. Kemiringan orbit dan ketinggian satelit SSO dikalibrasi sehingga mereka selalu melintasi lokasi tertentu pada waktu Matahari setempat yang sama.
Dengan demikian, SSO memiliki kondisi pencahayaan yang konsisten untuk pencitraan (imaging), menjadikan satelit jenis ini ideal untuk observasi Bumi dan pemantauan lingkungan.
Hal ini juga berarti bahwa citra satelit SSO terkini dan historis sangat cocok untuk mendeteksi perubahan. Para ilmuwan menggunakan rangkaian gambar ini untuk mempelajari perkembangan pola cuaca, memperkirakan topan, memantau dan mencegah kebakaran hutan dan banjir, serta mengumpulkan informasi mengenai isu-isu jangka panjang seperti penggundulan hutan dan perubahan garis pantai.
Namun karena ketinggian orbitnya yang lebih rendah, satelit jenis SSO hanya dapat mencakup wilayah yang lebih kecil sekaligus dan membutuhkan lebih banyak mesin untuk melakukannya secara terus menerus.
5. Geostasioner Transfer Orbit (GTO)
Satelit GTO paling sering digunakan adalah orbit geostasioner yang digunakan untuk bermigrasi dari orbit transisi ke GEO. Satelit tidak selalu ditempatkan langsung ke orbit terakhirnya ketika didorong dari Bumi ke luar angkasa dengan kendaraan peluncur seperti Falcon 9.
Roket yang membawa muatan ke GEO menjatuhkannya pada orbit transfer, yang merupakan titik tengah jalur menuju posisi akhirnya. Kemudian mesin satelit menyala untuk mencapai orbit tujuannya dan menyesuaikan kemiringannya. Pintasan ini memungkinkan mesin mencapai orbit geostasioner dengan sumber daya minimal.
(rns/fay)