Indonesia adalah tempat lahirnya banyak gunung api yang aktif, sehingga kita tidak bisa menghindarinya. Yang bisa dilakukan adalah mengenal gunung api di sekitar kita dan lebih paham bagaimana mitigasi bencana ketika terjadi erupsi.
"Dari pengalaman beberapa gunung api yang sudah meletus, masyarakat itu sekarang tidak lagi sekadar menjadi objek penerima informasi, tetapi harus aktif menjadi objek yang kemudian bisa menerjemahkan informasi secara awal," kata Ahli Vulkanologi Institut Teknologi Bandung, Dr. Eng. Ir. Mirzam Abdurrachman, ST, MT, di acara 'Eureka! Raungan Gunung Ruang', Senin (6/5).
Menurut Mirzam, erupsi Gunung Semeru, adalah salah satu contoh yang memberi banyak pelajaran. Ia menceritakan, saat itu sistem penyelamatan sudah dibuat dengan baik oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), namun informasinya sulit sampai ke masyarakat setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena apa? Keterbatasan jaringan internet. Ketika sampai ke sana, ternyata kemudian mereka tidak bisa baca karena masih ada beberapa yang tidak berbahasa Indonesia. Mereka tidak paham apa artinya gunung api dari warna merah, kuning, dan hijau di dalam peta itu," papar Mirzam.
Tak hanya itu, masyarakat juga tidak mempercayai informasi ini, sehingga tim yang bertugas di kebencanaan harus mencari berbagai upaya untuk menyampaikannya.
"Jadi harus disampaikan dengan cara yang tepat. Cara yang tepat itu termasuk bahasanya, teknologinya, disampaikan pada waktu yang tepat, disampaikan oleh orang yang tepat. Nah, orang yang tepat itu siapa? Mungkin kuncen," Mirzam menuturkan.
Berkaca pada pengalaman erupsi Merapi di tahun 2010, data menunjukkan banyak korban jiwa pada waktu itu karena keputusan terkait Merapi sangat bergantung pada kuncen.
Baca juga: Erupsi Gunung Ruang Tak Biasa, Ini Sebabnya |
"Karena lebih dari 50% peran kuncen itu cukup sentral. Artinya, kalau begitu kuncennya mari kita ajak diskusi karena beliau juru bicara kita," ujarnya.
Kuncen atau tokoh masyarakat yang disegani, kata Mirzam, akan dipatuhi ucapannya oleh masyarakat. "Jadi persiapan masyarakat tidak hanya infrastruktur, dan lain-lain tapi juga melibatkan orang bagaimana men-deliver informasi ini dengan tepat, waktu yang tepat, dengan cara yang tepat," ujarnya.
(rns/rns)