Tim ilmuwan dari Inggris mengklaim telah menemukan sebuah bahan berpori yang berpotensi menyimpan jumlah besar gas rumah kaca. Penemuan tersebut dapat berpotensi menjadi senjata baru dalam upaya memerangi perubahan iklim. Temuan ini dituangkan dalam sebuah makalah yang baru dipublikasikan di jurnal Nature Synthesis.
Dilansir dari The Byte, Selasa (2/5/2024) dalam makalah tersebut, para ilmuwan merinci bagaimana mereka menggunakan model komputasi untuk mengembangkan bahan ini. Mereka mengungkapkan bahwa fitur-fitur tertentu dari struktur bahan tersebut dapat membuatnya sebagai penyimpan yang sangat baik untuk karbon dioksida dan gas rumah kaca kuat lainnya seperti sulfur heksafluorida.
"Ini merupakan penemuan yang menarik karena kita membutuhkan bahan berpori baru untuk membantu memecahkan tantangan terbesar masyarakat," kata Profesor Teknik Marc Little dari Universitas Heriot-Watt Edinburgh dalam penelitian tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahan inovatif ini terbentuk dari susunan molekul-molekul kecil yang membentuk semacam struktur seperti kandang. Bahan tersebut merupakan senyawa organik raksasa yang tersusun atas unsur-unsur oksigen, nitrogen, dan fluorin.
Menurut Little, "Menanam pohon adalah cara yang sangat efektif untuk menyerap karbon, tetapi sangat lambat. Jadi kita membutuhkan intervensi manusia seperti molekul buatan manusia, untuk menangkap gas rumah kaca dengan efisien dari lingkungan lebih cepat."
Selain bahan baru ini, bahan-bahan lain yang berpotensi menyimpan karbon juga sedang dalam pengembangan. Salah satunya adalah struktur dua dimensi yang terbuat dari boron yang memiliki luas permukaan besar dan berpotensi untuk menyerap banyak gas rumah kaca dari pembangkit listrik.
Ilmuwan juga sedang mengeksplorasi beton, material utama infrastruktur masyarakat modern. Namun, proses produksi beton terutama dengan menggunakan semen, menghasilkan emisi karbon dioksida dalam jumlah besar, diperkirakan mencapai 8% dari total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan manusia setiap tahunnya.
Para peneliti telah menjelajahi bagaimana menambahkan bahan seperti baking soda ke dalam beton dapat membantu bahan tersebut menyerap karbon dioksida di atmosfer.
Namun, tantangan besar adalah bahwa banyak dari bahan-bahan baru ini pada dasarnya adalah eksperimen laboratorium. Ini menjadi tantangan bagi siapa pun yang ingin menggunakan ilmu material untuk menangani perubahan iklim.
* Artikel ini ditulis oleh Fadhila Khairina Fachri, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(rns/fay)