Alasan Mengapa Benua Bisa Hilang Lalu Ditemukan Lagi
Hide Ads

Alasan Mengapa Benua Bisa Hilang Lalu Ditemukan Lagi

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 30 Jan 2024 22:02 WIB
3D Blue Earth on Space. planet, galaxy, stars, cosmos, sea, earth, sunset, globe.
Foto: Getty Images/iStockphoto/Jaiphet Seehawong
Jakarta -

Dalam sejarah dan perkembangannya, Bumi berulang kali melakukan 'bongkar pasang' benua yang ada di permukaannya. Beberapa benua hilang, lalu ditemukan lagi.

Dalam beberapa tahun terakhir, daratan yang pernah dihipotesiskan berada di Belahan Bumi Selatan, sekarang dikenal sebagai Zealandia, menjadi semakin populer untuk penelitian ilmiah.

Faktanya, hingga akhir tahun 2023, Zealandia menjadi benua pertama yang terpetakan secara lengkap, meski 95% benua yang baru teridentifikasi berada di bawah air.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun Zealandia bukan satu-satunya benua yang tenggelam di luar sana dan kini para ilmuwan memahaminya dengan lebih baik dari sebelumnya. Lalu mengapa beberapa benua hilang, kemudian ditemukan kembali?

Dunia yang tenggelam

Sebagian penjelasan di sini berkaitan dengan cara kita berpikir tentang benua. Menurut teori di pelajaran di sekolah, kita mengenal wilayah daratan ditentukan berdasarkan geografinya. Namun pada kenyataannya, hal ini hanyalah sebagian dari gambarannya.

ADVERTISEMENT

Sebaliknya, geologi memainkan peran penting dalam pemahaman kita tentang apa yang membentuk sebuah benua. Hal ini mencakup ketebalannya, bahan penyusunnya, dan letaknya di bawah permukaan laut. Kerak benua, misalnya, berbeda dengan kerak samudra karena kerak benua biasanya lebih tua, lebih tebal, kurang padat, dan komposisinya lebih bervariasi.

Dengan demikian, kerak benua cenderung mengapung lebih tinggi di atas mantel, yang membentuk sebagian besar interior Bumi. Kemudian, berkat kekuatan pergerakan tektonik selama bertahun-tahun, beberapa daratan bisa turun ke bawah permukaan air dan karenanya hilang dari peta.

Namun, kemajuan dalam perangkat lunak pencitraan, seismografi, dan upaya pemetaan selama berabad-abad kini memberikan wawasan baru tentang benua yang hilang ke kedalaman di masa lalu.

Greater Adria

Meskipun Zealandia terkenal karena tenggelam di bawah ombak, ada benua lain yang tidak hanya tenggelam di bawah permukaan, tetapi juga lenyap ke dalam mantel Bumi. Saat ini, satu-satunya sisa yang terlihat dari benua tersebut, yang dikenal sebagai Greater Adria, hanyalah batu kapur dan batuan lain yang ditemukan di pegunungan di Eropa selatan.

Sekitar 240 juta tahun yang lalu, sekitar periode Trias, sebagian kerak benua terpisah dari Afrika Utara. Luas daratannya kira-kira sebesar Greenland.

Setelah terpisah dari Afrika, Greater Adria secara bertahap tenggelam di bawah perairan, dan menjadi rumah bagi terumbu karang tropis. Kemudian, sekitar 100 juta tahun yang lalu, ia mulai meluncur ke bawah Eropa dan masuk ke dalam mantel.

Selama penurunannya, sebagian Adria Besar tetap berada di atas permukaan. Melalui proses yang disebut offscraping, lapisan atas batuan sedimen terlepas dan menciptakan barisan pegunungan yang membelah Italia, Turki, dan Yunani saat ini.

Jadi, meskipun kini terdapat bebatuan dari Greater Adria yang tersebar di 30 negara berbeda, ada juga bagian dari benua yang hilang yang masih tersisa, membentang dari utara Italia, hingga ke kedalamannya. Wilayah ini dikenal dengan nama Adria.

Argoland

Sekitar 100 juta tahun yang lalu adalah waktu bagi semua penggerak. Pada saat yang sama ketika Greater Adria mulai mengenal pinggiran Eropa, sebagian besar daratan memisahkan diri dari Australia Barat. Potongan ini kira-kira seukuran Amerika Utara, yang kemudian hanyut ke Samudra Hindia. Argoland, demikian sebutannya, kemudian pecah dan menghilang dari peta.

Berbeda dengan Zealandia yang menetap di bawah laut, atau Greater Adria yang menabrak mantel, Argoland lebih mencolok karena kekosongan yang ditinggalkannya, disebut Dataran Argo Abyssal.

Namun, penelitian terbaru berpotensi menempatkan sebagian Argoland di tempat yang tidak terduga: hutan di Asia Tenggara. Penjelasannya adalah Argoland mungkin terpecah menjadi pulau-pulau kecil jauh lebih awal dari perkiraan sebelumnya.

Kemudian, semua potongannya bergerak ke utara menuju Asia Tenggara selama era Jurassic Akhir. Seiring berjalannya waktu, sebagian arus tersebut dimakan oleh zona subduksi Palung Sunda, sementara sebagian lainnya menjadi bagian dasar laut atau wilayah lain di Asia Tenggara. Kini, tampaknya, terdapat sebagian benua yang telah lama hilang ini di wilayah yang sekarang disebut Myanmar dan Indonesia.




(rns/rns)