Era Baru Fusi Nuklir Amerika, Kekuatannya Setara 4 Kali Matahari
Hide Ads

Era Baru Fusi Nuklir Amerika, Kekuatannya Setara 4 Kali Matahari

Rachmatunnisa - detikInet
Minggu, 24 Des 2023 19:30 WIB
Fusi nuklir
Era Baru Fusi Nuklir Amerika, Kekuatannya Setara 4 Kali Matahari. Foto: Associated Press
Jakarta -

Amerika Serikat (AS) sedang memasuki 'era baru' fusi nuklir. Tim ilmuwan di AS mengumumkan bahwa mereka secara konsisten meniru reaksi tersebut. Dalam percobaan terbarunya, tim ilmuwan berhasil meniru empat kali lipat kekuatan Matahari.

Jika teknik ini dikuasai, maka dunia bisa mendapatkan sumber energi bersih yang tak terbatas. Para peneliti di National Ignition Facility di Lawrence Livermore National Lab (LLNL), California, sejak tahun lalu menghabiskan waktu dalam pengujian menembakkan hampir 200 laser pada kapsul hidrogen seukuran sebutir merica, dan memanaskannya hingga lebih dari 180 juta derajat Fahrenheit.

Dalam percobaan pertama di dunia, tim tersebut menghasilkan reaksi fusi nuklir yang melepaskan lebih banyak energi daripada yang digunakan. Proses ini disebut 'sebuah proses yang disebut 'pengapian' (ignition).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tim tersebut mengumumkan bahwa mereka telah mereplikasi hasil tersebut sebanyak tiga kali lagi dalam satu tahun terakhir, sehingga membawa dunia selangkah lebih dekat menuju solusi terhadap krisis iklim.

Para ilmuwan telah mencoba memanfaatkan energi fusi selama beberapa dekade, yang merupakan proses inti yang sama yang menggerakkan Matahari.

ADVERTISEMENT

Salah satu upaya yang dilakukan tim di California menghasilkan rekor peningkatan energi sebesar 89%. Pencapaian ini 35% lebih banyak dibandingkan penyalaan pertama satu tahun lalu.

Tujuan utamanya adalah untuk menghasilkan tenaga seperti Matahari menciptakan panas dengan mendorong atom hidrogen begitu dekat satu sama lain sehingga mereka bergabung menjadi helium, yang melepaskan aliran energi.

Tanpa emisi karbon, satu cangkir zat tersebut dapat memberi daya pada sebuah rumah berukuran rata-rata selama ratusan tahun.

Fisi nuklir terjadi ketika sebuah neutron menghantam atom yang lebih besar, memaksanya tereksitasi dan terpecah menjadi dua atom yang lebih kecil.

National Ignition Facility (NIF) di laboratorium tersebut menampilkan 192 laser yang menembakkan sinar ke pelet isotop beku yang disimpan dalam kapsul berlian yang digantung dalam silinder emas yang disebut hohlraum.

Kapsul tersebut dipanaskan hingga sekitar 100 juta derajat untuk menciptakan tekanan lebih besar di dalam dibandingkan di dalam inti Matahari.

"Ledakan yang diakibatkannya menyebabkan isotop-isotop menyatu, menciptakan helium dan sejumlah besar energi," kata para ilmuwan dalam laporan mereka yang diterbitkan di jurnal Nature.

Upaya pertama yang berhasil dilakukan pada tanggal 5 Desember 2022, menghasilkan energi sekitar 54% lebih banyak daripada yang dimasukkan.

Reaksi fusi menghasilkan sekitar 2,5 megajoule energi, hampir 120% dari 2,1 megajoule energi yang dihasilkan laser. Tim tersebut mencetak rekor pada 30 Juli dengan peningkatan sebesar 85%, dan dua upaya lainnya dilakukan pada bulan Oktober.

Fusi selama percobaan tersebut menghasilkan sekitar 3,88 megajoule energi fusi, 89% lebih banyak dari pencapaian pertama. Dua tes lainnya dilakukan pada bulan Juni dan September, namun para peneliti mengatakan energi yang dihasilkan tidak cukup untuk memastikan terjadinya pengapian.

"Saya merasa cukup baik. Saya pikir kita semua harus bangga dengan pencapaian ini," kata Richard Town, fisikawan yang mengepalai program sains fusi di LLNL, dikutip dari Daily Mail.

NIF senilai USD3,5 miliar pada awalnya dibangun untuk menguji senjata nuklir dengan mensimulasikan ledakan, namun fokusnya kini beralih ke kemajuan penelitian energi fusi.

Para peneliti di seluruh dunia telah mengerjakan teknologi ini selama beberapa dekade dan mencoba pendekatan yang berbeda. Namun, tidak ada laboratorium lain yang mencapai apa yang dimiliki LLNL dalam eksperimennya.

Pemerintah-pemerintah di dunia telah menemukan minat baru terhadap fusi di tengah kekhawatiran terhadap dampak perubahan iklim dan keamanan pasokan energi.

Energi bersih juga menjadi agenda Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP28) awal bulan ini. "Kita semakin mendekati kenyataan yang didukung oleh fusi," kata delegasi masalah iklim AS John Kerry.

"Dan pada saat yang sama, memang ada tantangan ilmiah dan teknik yang signifikan. Pemikiran yang hati-hati dan kebijakan yang bijaksana akan sangat penting untuk mengatasi hal ini," ujarnya.




(rns/rns)