3. Laut dan terumbu karang merana
Pemanasan dunia berdampak pada kesehatan lautan di dunia. Pengasaman dan penipisan oksigen memberikan tekanan pada perikanan yang menjadi sumber ketergantungan miliaran orang.
Sistem terumbu karang yang dulunya aktif, yang sangat sensitif terhadap perubahan suhu dan pH air , sudah mengalami peristiwa pemutihan dan akan semakin merana kondisinya seiring dengan kenaikan suhu Bumi meski 'hanya' beberapa derajat saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada suhu 1,5 derajat Celcius, mungkin sudah terlambat untuk menyelamatkan penduduk di Karibia dan sebagian Samudra Hindia bagian barat. Hal ini akan menyisakan antara 10% hingga 30% yang tersisa dalam kondisi kesehatan yang baik.
Pada suhu 2 derajat Celcius, tingkat kelangsungan hidup turun menjadi antara 1% hingga 10% karena daerah yang sehat menjadi lebih terisolasi, rentan, dan tidak mampu bereproduksi.
4. Es mencair dan naiknya permukaan laut
Negara-negara kepulauan kecil merasakan semakin sedikit ruang untuk berkompromi. Keberadaan sebagian besar negara-negara yang berada di dataran rendah berpotensi bergantung pada suhu setengah derajat antara 1,5 hingga 2 derajat Celcius yang akan menambah setidaknya 10cm kenaikan permukaan laut pada akhir abad ini. Naiknya permukaan air laut naik menyebabkan 10 juta orang berisiko terkena banjir dan gelombang badai.
Pemanasan yang cepat di Lingkaran Arktik, telah menimbulkan kekhawatiran tidak hanya kenaikan permukaan laut tetapi juga mencairnya lapisan es, pelepasan emisi metana, hingga runtuhnya gletser besar di Antartika. Sejumlah hal ini sudah mulai terjadi sekarang.
5. Makhluk hidup tak bisa beradaptasi
Gangguan iklim adalah bagian dari kehidupan makhluk hidup di Bumi, termasuk manusia. Meskipun suhu tahun ini sangat panas, para ilmuwan mengatakan cuaca akan terasa relatif lebih dingin dalam beberapa dekade mendatang dan kemampuan umat manusia untuk mengatasinya menjadi semakin sulit dan mahal jika dunia semakin lama menunggu dan makin panas memanas. Manusia pun bisa kehilangan kemampuannya beradaptasi.
Aïda Diongue-Niang, penulis utama IPCC dari Badan Meteorologi Senegal, mengatakan laporan sintesis terbaru PBB mengamati dampak yang semakin besar terhadap komunitas rentan dan marginal, termasuk masyarakat adat dan produsen skala kecil.
Meskipun negara-negara telah sepakat membentuk dana kerugian dan kerusakan sebagai kompensasi bagi negara-negara yang terkena dampak terburuk, ia mencatat berkurangnya efektivitas dukungan ekonomi di dunia yang makin membara.
"Efektivitas adaptasi menurun seiring dengan meningkatnya pemanasan global," kata Diongue-Niang.
Dia mengatakan peristiwa cuaca ekstrem pada tahun 2023 harus menjadi peringatan bagi semua pihak agar mengambil tindakan ambisius untuk menjaga tingkat pemanasan global pada suhu 1,5 derajat Celcius, atau sedekat mungkin, pada akhir abad ini.