Sodium Bisa Gantikan Lithium di Baterai, Harganya Jauh Lebih Murah
Hide Ads

Sodium Bisa Gantikan Lithium di Baterai, Harganya Jauh Lebih Murah

Anggoro Suryo - detikInet
Selasa, 21 Nov 2023 07:01 WIB
Litium merupakan logam alkali yang kerap digunakan dalam industri energi. Begini penampakan pabrik Lithium di Zimbabwe.
Pabrik lithium di Zimbabwe. Foto: AP Photo/Tsvangirayi Mukwazhi
Jakarta -

Lithium, tepatnya baterai lithium-ion, adan komponen yang saat ini sangat dibutuhkan di pasaran. Terutama dengan popularitas mobil listrik yang terus meningkat.

Saking tingginya, pabrikan sampai kesulitan memenuhi permintaan pasar yang ada. Dan, produsen baterai lithium pun beberapa tahun terakhir sudah memperingatkan kemungkinan kelangkaan lithium mulai 2025 mendatang.

Pangkal permasalahannya adalah lithium yang pasokannya terbatas. Albermarle, salah satu penambang lithium terbesar di dunia berencana meningkatkan kapasitas produksinya hingga 500 ton pertahun pada 2030, namun mereka mengaku kapasitas produk tersebut belum cukup untuk memenuhi proyek permintaan pada tahun 2030.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk itulah peneliti terus mencari bahan baru untuk menggantikan lithium, salah satu alternatif yang tengah diteliti adalah sodium. Baterai sodium-ion disebut punya desain serupa dengan baterai lithium-ion, dan bisa diproduksi menggunakan proses industrial yang sama.

Sesuai namanya, sodium ion menggantikan lithium ion di katoda, dan garam lithium di elektrolit juga digantikan dengan garam sodium, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Senin (20/11/2023).

ADVERTISEMENT

Baterai sodium-ion sebenarnya bukan konsep baru, namun perkembangannya sejak dulu bisa dibilang tak signifikan. Padahal sodium punya beberapa keunggulan besar dibanding lithium, terutama dari segi pasokan.

Ketersediaan sodium jauh lebih banyak dibanding lithium, jadi harganya pun jauh lebih murah dan relatif tak terusik dari masalah geopolitik karena ketersediaannya yang lebih luas. Saat ini harga sodium karbonat adalah USD 286 per metrik ton, sementara lithium karbonat harganya USD 20.494 per metrik ton.

Peneliti pun menyebut kalau sel baterai yang dilapisi katoda berlapis sodium tak membutuhkan material mahal seperti kobalt ataupun nikel untuk bisa memberikan kepadatan energi yang setara dengan sen lithium iron phosphate.

Lalu baru-baru ini peneliti dari Tokyo University of Science mengungkap mereka berhasil mengembangkan katoda dengan kapasitas tinggi untuk baterai sodium-ion menggunakan nanostructured hard carbon.

Sel baterai tersebut bisa mencapai kepadatan energi sebesar 312 Wh per kg, atau dua kali lipat dari baterai lithium iron phosphate. Kepadatan ini meningkat 1,6x dibanding baterai sodium-ion paling canggih dari satu dekade lalu.

Baterai sodium-ion pun punya keunggulan lain, yaitu ketahanan terhadap suhu yang lebih baik, dari -30 derajat celcius sampai 60 derajat celcius, bahkan bisa menembus 80 derajat celcius tergantung bahan kimia yang dipakai.

Saat ini sudah ada perusahaan seperti Faradion yang mulai menjajal instalasi baterai sodium-ion di instalasi penyimpanan energi di Australia.

Perusahaan patungan antara Volkswagen dan JAC Group pun pada awal 2023 pernah memamerkan sebuah sedan elektrik yang menggunakan baterai sodium-ion. Baterai yang digendong berkapasitas 25KWh dan menawarkan jangkauan jarak hingga 250km.

Kedua perusahaan itu menjanjikan baterai yang dipakai itu bisa diisi ulang lebih cepat, performa di suhu rendah lebih baik, serta siklus daya tahan baterai yang lebih lama, juga penurunan kapasitas yang lebih lambat dalam pemakaian jangka panjang.




(asj/rns)