Berdasarkan penelitian yang terbit 2 November lalu di Jurnal Nature, kisi sitoplasma yang berupa serat ini ternyata menyimpan banyak protein penting bagi perkembangan awal embrio mamalia. Dengan begitu, bisa disimpulkan bahwa beberapa orang yang tidak subur bisa jadi tidak memiliki protein ini di dalam sel telurnya.
"Banyak dari protein ini memiliki fungsi yang sangat penting bagi tahap awal embrio mamalia," jelas Melina Schuh, penulis makalah penelitian sekaligus ahli biokimia di Institut Max Planck untuk Ilmu Multidisiplin di Jerman, seperti dilansir detikINET dari Jurnal Nature.
Proses Penelitian dan Hasil
Perlu diketahui, bahwa keberadaan protein di kisi sitoplasma diawali dari sel telur matang yang belum dibuahi. Sel yang belum dibuahi ini kemudian melakukan tugas selayaknya sel-sel lain, yaitu memecah dan mendaur ulang protein yang tidak terpakai, atau malah menempelkan protein itu ke kisi sitoplasma.
Dengan menggunakan mikroskop ekspansi dan fluoresensi konvensional, para ilmuwan mampu melakukan pencitraan lebih detail dan objek bisa diperbesar. Dari sana, mereka menemukan bahwa filamen serat kisi terdiri dari protein PADI6 dan SCMC.
Bila gen yang memproduksi PADI6 dan SCMC dinonaktifkan, maka akan menyebabkan kematian embrio. Di lain sisi, Fertilisasi In-Vitro (IVF) yang memakan banyak biaya itu tidak akan membantu.
Bentuk Asli Kisi Sitoplasma
Sebelumnya pada tahun 1960an, ilmuwan telah mengamati serat ini menggunakan mikroskop elektron. Mereka mengira bahwa kisi sitoplasma berupa lembaran serat yang ditumpuk di sekitar inti.
Kemajuan teknologi membawa tomografi krio-elektron ke dunia sehingga memungkinkan pencitraan tiga dimensi yang beresolusi tinggi. Dengan begitu, terbukalah mata para ilmuwan bahwa kisi sitoplasma bukan berupa lembaran serat, melainkan berupa bundel.
Baca juga: Edan! Israel Ciptakan Embrio Manusia |
Lebih jauh lagi, berdasarkan pengamatan terhadap sel telur tikus, setiap serat kisi sitoplasma rata-rata memiliki panjang 7000 Angstrom, lebar 1000 Angstrom, dan terdiri dari 5 sampai 40 filamen elips yang ditumpuk. Penumpukan ini membuatnya terhuyung-huyung sehingga dapat memperluas permukaan penyimpanan protein.
*Artikel ini ditulis oleh Khalisha Fitri, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(fyk/afr)