Misteri Tsunami Dahsyat 373 Tahun Silam Akhirnya Terpecahkan
Hide Ads

Misteri Tsunami Dahsyat 373 Tahun Silam Akhirnya Terpecahkan

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 31 Okt 2023 20:00 WIB
Kaldera Santorini
Misteri Tsunami Dahsyat Berusia 373 Tahun Akhirnya Terpecahkan. Foto: IFL Science
Jakarta -

Laut Aegea lebih sering dihubungkan dengan gambaran tentang Yunani kuno, liburan santai di pantai, atau perairan biru berkilauan. Jauh di bawah permukaannya, terdapat Kolumbo, gunung berapi bawah laut aktif yang meletus pada tahun 1650 dan memicu tsunami dahsyat.

Berkat teknologi pencitraan modern, para peneliti kini berhasil merekonstruksi peristiwa tersebut, dan akhirnya memecahkan pertanyaan 'mengapa' dan 'bagaimana' peristiwa itu terjadi hampir 400 tahun yang lalu.

Letusan Kolumbo tahun 1650

Seperti banyak peristiwa sejarah lainnya, hingga saat ini pemahaman kita tentang letusan dan tsunami Kolumbo tahun 1650 terutama berasal dari keterangan saksi mata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut laporan tersebut, pada akhir musim panas tahun 1650 kebakaran dan kilat terlihat di timur laut Santorini. Tiba-tiba, terjadi ledakan besar, yang terdengar hingga jarak 100 kilometer, dan batu apung, abu, serta gas beracun mulai berjatuhan di kepulauan Aegea.

Beberapa saat sebelumnya, air laut telah surut dengan cepat lalu kembali dalam bentuk gelombang tsunami dahsyat yang dilaporkan mencapai ketinggian 20 meter.

ADVERTISEMENT

"Kami mengetahui rincian letusan bersejarah Kolumbo karena ada laporan kontemporer yang dikumpulkan dan diterbitkan oleh ahli vulkanologi Prancis pada abad ke-19," jelas Dr Jens Karstens, penulis makalah yang merinci rekonstruksi peristiwa tersebut, seperti dikutip dri IFL Science.

Permasalahan yang ada pada laporan-laporan saat ini adalah bahwa laporan-laporan tersebut tidak menjelaskan alasan di balik letusan dan tsunami yang terjadi setelahnya.

"Kami ingin memahami bagaimana tsunami terjadi saat itu dan mengapa gunung berapi tersebut meledak begitu dahsyat," kata Karstens.

Memecahkan misteri

Tim peneliti pertama kali menggunakan teknologi pencitraan seismik untuk membuat gambar 3D kawah Kolumbo, yang mengungkapkan tanda-tanda letusan besar.

Kawah itu memiliki panjang 2,5 kilometer dan kedalaman 500 meter. Salah satu sisi kerucut gunung berapi juga telah mengalami deformasi parah yang menandakan telah terjadi tanah longsor.

Tapi apa yang memicu tsunami pada tahun 1650? Tanah longsor atau letusan itu sendiri? Kombinasi gambar 3D dan simulasi komputer mengungkapkan bahwa pemicunya adalah keduanya. Dengan mencocokkan catatan sejarah tentang kapan air surut dan kapan terdengar dentuman keras, para peneliti menyimpulkan bahwa kombinasi dari tanah longsor dan letusan dahsyat yang terjadi setelahnya kemungkinan merupakan penyebab terjadinya gelombang besar.

"Kolumbo sebagian terdiri dari batu apung dengan kemiringan yang sangat curam. Tidak terlalu stabil. Saat terjadi letusan yang sudah berlangsung beberapa minggu, lava terus menerus keluar, banyak gas, terdapat tekanan yang sangat besar," ujarnya.

"Ketika salah satu sisi gunung berapi tergelincir, efeknya seperti membuka tutup botol sampanye: pelepasan tekanan secara tiba-tiba memungkinkan gas dalam sistem magma mengembang, sehingga mengakibatkan ledakan besar," jelas Karstens.

Langkah selanjutnya

Para peneliti berpendapat bahwa hal serupa bisa saja terjadi pada letusan Hunga Tonga-Hunga Ha'apai tahun lalu, yang merupakan ledakan alami terbesar dalam satu abad dan berdampak signifikan terhadap dasar laut di sekitarnya dan lapisan ozon di atasnya.

Hasilnya, mereka berpikir penelitian mereka berpotensi digunakan untuk meletakkan dasar bagi cara-cara baru memantau gunung berapi aktif di bawah laut.

"Kami berharap dapat menggunakan hasil penelitian kami untuk mengembangkan pendekatan baru dalam memantau letusan gunung berapi. Bahkan mungkin sistem peringatan dini, mengumpulkan data secara real-time. Itu menjadi impian saya," kata Karstens.




(rns/rns)