Misteri Kematian Massal Paus Kelabu Dipecahkan Ilmuwan
Hide Ads

Misteri Kematian Massal Paus Kelabu Dipecahkan Ilmuwan

Khalisa Fitri - detikInet
Selasa, 31 Okt 2023 07:17 WIB
Paus Kelabu
Paus kelabu mati terdampar di pantai. Foto: Live Science
Jakarta -

Kabar soal paus kelabu terdampar dan mengalami kematian massal sudah beberapa kali terjadi. Penyebab kematiannya sempat misterius, hingga mendatangkan banyak spekulasi.

Peristiwa kematian masal dari paus kelabu ini sudah menghantui wilayah Amerika Utara sebanyak 3 kali sejak tahun 1980-an. Sebanyak 15% hingga 25% populasi paus kelabu berkurang di setiap peristiwanya. Hasilnya, ada lebih dari 2000 paus kelabu yang terhitung mati.

Periode tahun 1987-1989 menjadi awal dari kematian masal ini setidaknya 700 paus mati. Tapi angka ini bisa lebih banyak, mengingat pada masa itu usaha survei belum sebesar saat ini. Pada periode tahun 1999-2000, terjadi kematian masal kedua yang membunuh 652 paus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu kapan peristiwa ketiga terjadi? Itu terjadi belum lama ini, yaitu tahun 2019 dan membunuh lebih dari 70 paus kelabu hanya dalam waktu 6 bulan. Kemtian terus bertambah dan pada 26 September 2023, terhitung ada 688 total paus biru yang mati.

Penangkapan komersial patut dicurigai sebagai penyebabnya karena sampai pertengahan abad ke-20, penangkapan komersial mendorong populasi paus kelabu di Pasifik Utara mendekati kepunahan. Kabarnya tindakan yang merugikan ini dimulai kembali, tapi ilmuwan menyatakan bahwa jumlah populasi paus biru pulih. Menurut mereka, kematian paus ini sebagai bentuk penyesuaian terhadap kemampuan habitat dan jumlah mangsa mereka.

ADVERTISEMENT

Namun begitu, menurut riset terbaru dari Jurnal Science yang diterbitkan 12 Oktober lalu, perubahan kondisi terutama fluktuasi level es di Arktik menjadi penyebab yang lebih masuk akal atas fenomena aneh dari kematian paus kelabu.

Lapisan es yang lebih tinggi bisa jadi menghalangi jalan bagi paus kelabu untuk pergi ke laut Bering dan Chukchi. Ini adalah tempat mereka menghabiskan waktu musim panas di sana dengan memakan krustasea sebelum kembali ke selatan lagi.

"Ketika ketersediaan mangsanya di Arktik rendah dan paus tidak dapat mencapai daerah makannya karena es laut, populasi paus kelabu mengalami guncangan yang cepat dan besar," ujar Joshua Stewart, pemimpin penulis riset sekaligus profesor asisten di Institut Mamalia Laut Universitas Negeri Oregon.

Di sisi lain, pemanasan global yang mengurangi jumlah es laut di Arktik berisiko mengurangi pasokan makanan paus kelabu. Diketahui bahwa es laut menampung ganggang di bawahnya, yang membusuk dan menghujani dasar laut dengan makanan penghuni dasar laut, termasuk krustasea yang disukai paus. Selain itu, es laut yang mencair membuka jalan bagi arus kuat yang menghilangkan tempat tinggal bagi krustasea di dasar laut.

"Semua faktor ini bersatu, mengurangi kualitas dan ketersediaan makanan yang diandalkan oleh (paus abu-abu)," ujar Stewart seperti dilansir detikINET dari Live Science.

Lagi lagi gara-gara perubahan iklim. Walau menurut Stewart populasi paus kelabu di Samudra Pasifik Timur Laut belum terancam punah, lautan Arktik yang menghangat tidak akan mendukung kehidupan 25.000 paus kelabu seperti tahun-tahun sebelumnya secara signifikan.

*Artikel ini ditulis oleh Khalisha Fitri, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(fyk/afr)
Berita Terkait