Ilmuwan Akhirnya Sibak Misteri Kematian Massal Ratusan Gajah
Hide Ads

Ilmuwan Akhirnya Sibak Misteri Kematian Massal Ratusan Gajah

Rachmatunnisa - detikInet
Minggu, 29 Okt 2023 21:15 WIB
Kematian ratusan gajah Afrika
Ratusan Gajah Mati Misterius, Ilmuwan Gali Penyebabnya. Foto: IFL Science
Jakarta -

Para ilmuwan mungkin telah menemukan penyebab kematian ratusan gajah Afrika pada tahun 2020. Dalam riset terbaru, mereka sampai pada kesimpulan bahwa bakteri tak dikenal bernama takson Bisgaard 45 adalah pembunuhnya.

Pada Mei dan Juni 2020, total ada 350 gajah di Botswana mati secara misterius. Setelah kematian massal ini, 35 gajah lainnya ikut mati antara bulan Agustus dan September 2020 di wilayah barat laut Zimbabwe.

Bangkai-bangkai gajah ditemukan utuh, menunjukkan bahwa mereka tidak diburu untuk diambil gading atau dagingnya. Selain itu, tidak ada pula bukti keracunan andai jika terjadi konflik antara manusia dan hewan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pakar satwa liar berspekulasi bahwa cyanobacteria mungkin bertanggung jawab atas kematian massal para gajah, namun hal ini kemudian dikesampingkan.

Dalam sebuah studi baru, sekelompok ilmuwan Inggris mempelajari 15 gajah yang terkena dampak dari peristiwa Agustus hingga September dan menemukan bahwa enam gajah terinfeksi takson Bisgaard 45. Infeksi bakteri ini menyebabkan gajah mengalami septikemia fatal atau kondisi keracunan darah.

ADVERTISEMENT

Meskipun ukuran sampel penelitian terbatas karena sulitnya bekerja di pedesaan Zimbabwe, para peneliti yakin bakteri tersebut mungkin terkait dengan ratusan kematian gajah lainnya.

"Identifikasi bakteri ini merupakan langkah maju yang signifikan dalam mempelajari lebih lanjut mengapa gajah-gajah ini mati," kata Profesor Falko Steinbach, kepala virologi di UK Animal and Plant Health Agency, dikutip dari IFL Science.

Takson Bisgaard 45 adalah anggota keluarga bakteria Pasteurellaceae, walaupun sedikit yang diketahui mengenainya. Bakteria ini belum pernah terlihat sebelumnya pada gajah, sehingga sumber penularan dan jalur penularannya saat ini tidak diketahui.

Bakteri tersebut sebelumnya dilaporkan terjadi pada burung beo yang sehat, sehingga para peneliti percaya bahwa bakteri tersebut mungkin mewakili bagian flora normal gajah yang sebelumnya tidak diketahui di wilayah ini. Alternatifnya, gajah mungkin tertular bakteri dari hewan lain yang tinggal bersama mereka.

Gajah adalah hewan yang sangat ramah dan hidup dalam kelompok besar dan sering melakukan kontak fisik satu sama lain, sehingga mudah untuk melihat bagaimana infeksi dapat ditularkan melalui sebuah kelompok.

Lebih jauh lagi, penulis penelitian menulis bahwa keingintahuan alami gajah terhadap kematian, dimana mereka akan mengendus dan menyentuh gajah yang sudah mati, dapat menjadi peluang tambahan untuk terpapar.

"Penularan bakteri ini mungkin terjadi, terutama mengingat sifat gajah yang sangat ramah dan hubungan antara infeksi ini dan stres yang terkait dengan peristiwa cuaca ekstrem seperti kekeringan, yang mungkin membuat wabah lebih mungkin terjadi," jelas Steinbach.

Gajah hutan Afrika (Loxodonta cyclotis) kini terdaftar sebagai hewan 'Sangat Terancam Punah' dan gajah sabana Afrika (Loxodonta africana) sebagai 'Terancam Punah', menurut IUCN Red List. Ada kemungkinan bahwa patogen yang jarang diketahui pada gajah ini mungkin mewakili tekanan lain terhadap keberadaan mereka.

"Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mempelajari lebih mendalam tentang bakteri ini dan implikasi jangka panjangnya terhadap populasi gajah Afrika dan satwa liar lainnya," tambah Steinbach.




(rns/agt)