Eksperimen tersebut dipimpin oleh Dr. Robert Montgomery, direktur NYU Langone Transplant Institute. Organ tersebut diambil dari Maurice Miller pasien berusia 58 tahun, yang meninggal secara tak terduga dua bulan lalu. Percobaan dilakukan setelah mendapat izin dari keluarga Miller.
"Kami telah belajar banyak hal selama dua bulan terakhir melalui pengamatan dan analisis yang cermat, dan ada alasan besar untuk memiliki harapan untuk masa depan," kata Dr. Montgomery dalam pernyataan pers yang dirilis oleh NYU Langone Health, seperti dikutip dari Interesting Engineering.
"Semua ini tidak akan mungkin terjadi tanpa dukungan luar biasa yang kami terima dari keluarga almarhum penerima. Berkat mereka, kami mendapatkan wawasan kritis mengenai xenotransplantasi sebagai solusi penuh harapan terhadap kekurangan organ skala nasional," tambahnya.
Penolakan ringan terdeteksi
Tim kini akan melakukan kajian mendalam untuk menganalisis hasil percobaan. Namun, beberapa jaringan yang dikumpulkan menunjukkan adanya penolakan ringan terhadap organ babi, sehingga memerlukan pengobatan imunosupresi yang intensif untuk membalikkannya sepenuhnya. Namun secara keseluruhan, organ tersebut terbukti berfungsi maksimal.
Ginjal tersebut diperoleh dari babi hasil rekayasa genetik GalSafeTM, dan disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) pada Desember 2020. Penerapannya mencakup terapi manusia dan sebagai sumber makanan bagi mereka yang menderita sindrom alfa-gal, alergi daging yang disebabkan oleh gigitan kutu.
Tim tersebut secara genetik memodifikasi dan merekayasa organ babi agar tubuh manusia tidak menolaknya. Meskipun transplantasi organ babi hasil rekayasa genetika sebelumnya memerlukan hingga 10 modifikasi, kasus terbaru ini menunjukkan bahwa modifikasi gen tunggal pada ginjal babi dapat bekerja secara optimal setelah dua bulan.
Uji coba pada manusia penerima yang masih hidup
AS mempunyai masalah transplantasi. Tidak ada cukup donor yang tersedia untuk mengakomodasi permintaan tersebut. Dengan lebih dari 103 ribu orang menunggu transplantasi, 88 ribu orang menunggu transplantasi ginjal. Pada tahun 2022, sekitar 26 ribu orang menerima transplantasi ginjal, sementara hampir 808 ribu orang menderita penyakit ginjal stadium akhir.
Meskipun eksperimen semacam itu baru dilakukan pada orang mati, ilmuwan menilainya sebagai prestasi luar biasa bagi komunitas ilmiah. Diperlukan lebih banyak penelitian, termasuk studi pada manusia yang masih hidup sebagai penerimanya.
Baca juga: Edan! Ginjal Manusia Ditumbuhkan di Babi |
"Untuk menciptakan pasokan organ yang berkelanjutan dan tidak terbatas, kita perlu mengetahui cara mengelola organ babi yang ditransplantasikan ke manusia," kata Dr. Montgomery.
"Mengujinya pada orang yang sudah meninggal memungkinkan kami mengoptimalkan rejimen imunosupresi dan pilihan pengeditan gen tanpa membahayakan pasien yang masih hidup," ujarnya lagi.
(rns/afr)