KTT Iklim Afrika berfokus untuk membahas komitmen negara-negara di Afrika dalam beradaptasi menghadapi perubahan iklim. Beberapa bahasan lain adalah mulai teknologi sampai agrikultur juga turut menjadi topik dalam pertemuan ini.
Pertemuan ini dibuka di Nairobi, Kenya pada Senin (04/09) oleh Presiden Kenya, yang juga Ketua Komite Perubahan Iklim Afrika. William Ruto. KTT tersebut menjadi pertemuan pertama bagi negara-negara di Afrika untuk membahas masalah iklim.
Tema yang diangkat pada KTT Iklim Afrika pertama ini adalah 'Pertumbuhan Hijau untuk Solusi Pendanaan Iklim Afrika' dan dihadiri lebih dari 18.500 peserta termasuk Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres dan Presiden COP 28, Sultan Al Jaber.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuan utama dari pertemuan ini adalah komitmen iklim antar negara di Afrika serta rancangan untuk menuju penerapan energi hijau di Afrika seperti dilansir detikINET dari Al-Jazeera.
Sebuah data juga menunjukkan bahwa sejak awal 2022, perubahan cuaca secara ekstrim sudah merenggut banyak korban di Afrika. Total ada 4.000 nyawa yang melayang serta 19 juta orang terdampak cuaca ekstrim akibat perubahan iklim.
Secara ekonomi, sebuah laporan dari PBB juga menunjukkan bahwa Afrika mengalami kerugian sebanyak USD 7 - 15 miliar akibat perubahan iklim. Dengan begitu, Afrika harus menyiapkan USD 124 miliar untuk biaya mitigasi bencana.
Pengembangan Fasilitas Radar Cuaca
Sebagai sebuah benua yang lebih besar dari luas daratan China, India dan Amerika Serikat yang digabungkan, Afrika hanya memiliki fasilitas 37 radar untuk memantau cuaca dan kondisi meteorologi di sana seperti dilansir dari Associated Press.
Sedangkan, beberapa wilayah yang lebih kecil dari Afrika, seperti Eropa dan Amerika Utara memiliki radar cuaca yang jumlahnya lebih banyak. Eropa memiliki 345 fasilitas radar dan Amerika Utara memiliki 291 fasilitas radar.
Kenya sebagai tuan rumah pertemuan ini dianggap sebagai salah satu negara di Afrika yang sudah memiliki perhatian pada pentingnya pengamatan cuaca dan kondisi meteorologi. Hal ini ditunjukkan dengan besaran dana yang dialokasikan pemerintah mereka untuk kebutuhan meteorologi, di mana Kenya mengalokasikan USD 12 juta pada tahun ini.
Obsesi Pasar Karbon
Direktur Aliansi Keadilan Perubahan Iklim Pan Afrika, Mithika Mwenda menyatakan bahwa KTT ini harus berfokus pada peningkatan sistem pendanaan Afrika yang berdasar pada kebutuhan Afrika dan menjangkau masyarakat garis depan krisis iklim.
"KTT harus mendesak untuk adaptasi pendanaan lebih dari dua kali lipat untuk memastikan pemenuhan kebutuhan Afrika dan menjangkau masyarakat di garis depan krisis iklim," ungkap Mwenda.
Menurutnya, KTT ini juga terlalu menguntungkan kepentingan barat dengan metodologi pasar karbon yang ditawarkan barat. Hal ini ditunjukan dengan obsesi Afrika terhadap pasar karbon di mana beberapa organisasi di Afrika yang mendukung diberi peran besar dalam KTT ini.
"Beberapa organisasi Afrika yang mendukung agenda barat seperti pasar karbon dan penyerapan karbon diberi peran besar," ungkapnya.
*Artikel ini ditulis oleh ArgyaD. Maheswara, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom
(fyk/fyk)