Berbagai negara, salah satunya China, mengembangkan teknologi yang dijuluki matahari buatan. Matahari buatan China berhasil mencapai suhu 120 juta derajat Celsius selama 101 detik dan 160 juta Celsius selama 20 detik.
Sebenarnya, bagaimana cara kerja matahari buatan yang dikembangkan berbagai negara di dunia? Dr Rohadi Awaludin Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN menjelaskan bahwa matahari buatan merupakan teknologi yang dibangun memanfaatkan reaksi fusi, layaknya yang terjadi pada Matahari sungguhan. Reaksi fusi adalah reaksi penyatuan antara dua inti atom untuk menghasilkan satu atom baru dengan inti yang lebih berat sehingga menghasilkan energi yang luar biasa besar.
"Kita di muka bumi ini belum memanfaatkan secara langsung fusi, baru fisi. Reaksi fusi inilah yang saat ini sedang banyak diteliti karena memang energinya luar biasa besar, cuma memang tidak mudah mengungkung dan mengendalikan reaksi yang sebesar Matahari," kata Rohadi di acara 'Eureka! Edisi Ke-18: Bom Atom Penghancur Dunia', Senin (31/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Matahari terdiri dari hidrogen dan helium. Sebagai bintang, Matahari memiliki gravitasi sehingga dia mengungkung dirinya sendiri. Reaksi berantai menyebabkan energi yang dilepas fusi memberikan suhu yang tinggi di Matahari.
"Inilah satu teknologi yang dikembangkan, bagaimana mengukung suhu yang jutaan derajat jutaan, bahkan mungkin ratusan juta," ujarnya.
Saat ini pun masih ada kesulitan dalam mengembangkan matahari buatan. Durasi dari kerja matahari buatan masih menyentuh angka jam atau hari saja.
"Jadi, kemudian berikutnya mulai dikembangkan bom fusi yaitu menggunakan hidrogen besar tadi yang digunakan untuk menciptakan suasana yang mendekati suasana matahari dengan tekanan yang tinggi, suhunya sampai ratusan juta derajat Celcius. Di situlah diciptakan reaksi fusi," ucap Rohadi.
"Untuk menjadi reaktor, masih terus dikembangkan agar bisa dikendalikan dengan baik," tutupnya.
(ask/ask)