Matahari Made in China Cetak Rekor Baru
Hide Ads

Matahari Made in China Cetak Rekor Baru

Rachmatunnisa - detikInet
Jumat, 24 Jan 2025 05:45 WIB
Matahari buatan China
Matahari buatan China mampu bertahan selama 1.066 detik atau yaitu 17 menit 46 detik plasma yang suhunya jauh melampaui 100 juta derajat Celcius. Foto: dok. Xinhua/Zhang Chaoqun
Jakarta -

Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST), yang kerap disebut sebagai 'Matahari buatan', adalah reaktor fusi mutakhir buatan China. Selama beberapa tahun terakhir, reaktor ini secara konsisten memecahkan rekor fusi. Yang terbaru, reaktor ini mampu bertahan selama 1.066 detik atau yaitu 17 menit 46 detik plasma yang suhunya jauh melampaui 100 juta derajat Celcius.

Dikutip dari Xinhua, pencapaian tersebut terjadi pada Senin (20/1), yang dipimpin oleh para peneliti dari Institute of Plasma Physics under the Chinese Academy of Sciences (ASIPP). Pada Mei 2023, EAST telah mencapai rekor sebelumnya yaitu 403 detik untuk plasma ultra-panasnya. Suhu ini sebelumnya ditetapkan lebih dari 160 juta derajat Celsius, meskipun belum diungkapkan apakah ini adalah suhu yang dicapai kali ini.

EAST sebelumnya mempertahankan plasma bersuhu 120 juta derajat Celsius selama 1.056 detik pada 30 Desember 2021, jadi berapa pun suhu yang dicapai di atas angka 100 juta derajat, rekor baru tersebut adalah plasma ultra-panas terlama yang pernah tercatat secara resmi. Demonstrasi ini merupakan langkah maju yang penting dalam reaktor fusi untuk menjadi sumber energi yang konsisten.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suhu ini jauh lebih tinggi daripada inti bintang tempat fusi terus-menerus terjadi. Bintang dapat mengandalkan tekanan untuk menahan hidrogen (biasanya) agar tetap menyatu sehingga dapat melebur pada suhu yang lebih rendah.

Hidrogen atau helium dalam reaktor memiliki kepadatan yang jauh lebih rendah, sehingga plasma membutuhkan suhu yang lebih tinggi dan harus terus menyala untuk waktu yang lama. Jika tidak, kita tidak akan mendapatkan hasil yang konsisten seperti yang diinginkan dari pembangkit listrik komersial.

ADVERTISEMENT

"Perangkat fusi harus mencapai operasi yang stabil pada efisiensi tinggi selama ribuan detik untuk memungkinkan sirkulasi plasma yang berkelanjutan, yang sangat penting untuk pembangkitan daya berkelanjutan dari pabrik fusi masa depan," kata Direktur ASIPP Song Yuntao.

China merupakan anggota kolaborasi International Thermonuclear Experimental Reactor (ITER) bersama dengan Uni Eropa, India, Jepang, Rusia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Awalnya, pabrik listrik fusi nuklir skala penuh diperkirakan dapat memunculkan plasma pertamanya akhir tahun ini. Namun rencana tersebut mundur dan dijadwalkan beroperasi pada 2034. Reaktor eksperimental seperti EAST, serta banyak reaktor lainnya di seluruh dunia, terus menyempurnakan seperti apa ITER nantinya saat dibuka.




(rns/rns)
Berita Terkait