Para penggemar Kpop dan drama Korea pasti tak asing dengan istilah umur Korea dan umur internasional saat mencari tahu informasi tentang idola mereka. Umur orang Korea memang dihitung satu tahun lebih tua dibandingkan usia internasional. Nah, Korea Selatan (Korsel) akhirnya melepaskan metode penghitungan usia Korea. Warga Korsel pun gembira karena mereka kini merasa lebih muda.
Seperti dikutip dari Korea Herald, di bawah cara perhitungan usia tradisional Asia Timur, seseorang dianggap berusia 1 tahun saat lahir, menghitung waktu yang dihabiskan di dalam rahim ibu sebagai tahun pertama kehidupan, dan bertambah satu tahun lebih tua pada pergantian tahun kalender, terlepas dari tanggal lahir sebenarnya.
Jepang menghapus metode tersebut dari sistem hukumnya pada tahun 1950, dan China tidak lagi menggunakannya sejak Revolusi Kebudayaan 1966-1976. Demikian juga Korea Utara, telah secara resmi menggunakan metode usia internasional umum sejak 1980-an. Mulai 28 Juni 2023, ketika undang-undang yang direvisi mulai berlaku, Korea Selatan akan mengikuti jejak negara-negara tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya pikir itu akan dikenang sebagai salah satu prestasi terbesar pemerintahan Yoon Suk Yeol," kata Choi So-jin, saat ini berusia 40-an tahun. Ia dianggap sudah berumur dua tahun dalam usia Korea, beberapa hari setelah dia lahir.
Pasalnya, saat lahir jelang akhir Desember, ia sudah dihitung berusia satu tahun. Beberapa hari setelah kelahirannya, kalender berganti ke Januari memasuki Tahun Baru, sehingga umur Koreanya bertambah lagi satu tahun menjadi bayi berusia dua tahun. Karena hal ini, selama bertahun-tahun dia risih dan enggan menyebutkan usia Koreanya. Di hari undang-undang itu diumumkan, dia pun dengan senang hati akan mengurangi dua tahun usianya itu.
Menyelaraskan sistem usia Korea dengan norma internasional adalah salah satu janji kampanye Yoon Suk Yeol sebelum menjabat sebagai Presiden Korsel. Seo Ji-yeon, seorang pekerja kantoran yang usia Koreanya menjadi 50 tahun ini, mengatakan pemikiran untuk kembali ke usia 40-an membuatnya merasa seperti telah membeli waktu yang hilang.
"Bagi saya, ini adalah perbedaan besar secara psikologis, dan saya merasa harus menjalani hidup sepenuhnya," kata Seo mengenai perubahan tersebut.
Meskipun perubahan ini tampaknya masuk akal bagi banyak orang, mungkin perlu beberapa waktu sebelum orang Korea beradaptasi dengannya. Usia selalu menjadi faktor penting di Korea, terutama di kalangan anak-anak, karena dalam bahasa Korea, cara seseorang menyapa orang lain sering kali ditentukan oleh perbedaan usia di antara lawan bicara.
Balita diajari untuk memanggil anak yang lebih tua sebagai 'hyeong' (sebutan kakak laki-laki untuk laki-laki), 'nuna' (sebutan kakak perempuan untuk laki-laki), 'oppa' (sebutan kakak laki-laki untuk perempuan) atau 'eonni' (sebutan kakak perempuan untuk perempuan). Di usia prasekolah, balita yang lebih tua sering disebut sebagai 'hyeongnim', dengan sufiks kehormatan 'nim'. 'Chingu' yang berarti teman, adalah istilah yang hanya diperuntukkan bagi mereka yang seumuran.
Anak-anak dapat dimarahi jika mereka memanggil kakak atau anak yang lebih tua dengan namanya. Terlepas dari kenyataan bahwa anak-anak di kelas yang sama akan berubah dari semua memiliki usia Korea yang sama menjadi sekarang memiliki usia internasional yang berbeda, sekolah dan orang tua mengajari anak-anak bahwa perbedaan usia yang disebabkan oleh perubahan hukum tidak tiba-tiba membuat teman atau teman sekelas mereka menjadi 'hyeong' atau 'eonni.'
"Anak-anak bisa memperebutkan hal-hal seperti ini," kata Choi, ibu dari seorang anak berusia 7 tahun yang masuk sekolah dasar tahun ini.
"Dalam budaya Korea yang sangat menekankan senioritas, usia telah menjadi standar hierarki yang tak terbantahkan di antara anak-anak. Namun akhirnya, mereka akan terbiasa," sebutnya.
Remaja di sekolah menengah tempat Choi mengajar dengan bercanda mengatakan bahwa mereka yang ulang tahunnya belum melalui sistem umur yang baru, setuju untuk memanggil teman sekelasnya yang sedikit lebih tua dengan sebutan 'hyeong', 'oppa', 'eonni' dan 'nuna'. Kemudian setelah ulang tahun, mereka boleh mengucapkan misalnya 'ya' secara santai (tidak formal) saat berbicara dengan teman seumuran atau seseorang yang lebih muda.
Beberapa orang menganggap penghapusan sistem usia Korea tidak akan mengubah aspek budaya lokal yang menghargai senioritas. "Saya pikir hukum adalah hukum, dan budaya adalah budaya," kata Jocelyn Clark, seorang Amerika yang mengajar studi Asia Timur di Universitas Pai Chai di Daejeon.
Menganut kepercayaan bahwa kehidupan sudah dimulai saat pembuahan calon janin salah satunya berdampak pada orang Korea lebih memandang aborsi sebagai hal negatif dibandingkan cara pandang di dunia Barat. Clark meyakini bahwa konsep usia Korea akan terus berperan dalam cara berpikir orang Korea.
Transisi umur Korea ke umur internasional
Kementerian Pendidikan Korsel mengirimkan permintaan resmi ke kantor pendidikan setiap wilayah dan provinsi sejak bulan lalu untuk membantu mendidik siswa dan para orang tua guna meminimalkan kebingungan tentang sistem penghitungan usia yang baru, dan memungkinkan budaya menggunakan era internasional untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari.
Sekolah-sekolah pun mulai memperlihatkan materi-materi pendidikan yang menjelaskan bahwa cara menghitung umur sudah menyatu. Salah satu materi pelajaran di sekolah mencontohkan undang-undang yang mengatakan seorang anak di bawah usia 6 tahun dapat menemani penumpang dewasa di bus kota secara gratis. Bergantung pada metode penghitungan mana yang diikuti, mungkin ada argumen tentang seorang anak yang berusia 7 tahun di usia Korea, tetapi menurut sistem internasional masih berusia 5 tahun, karena hari ulang tahunnya belum berlalu.
"Memiliki usia yang berbeda di antara teman sekelas dapat terasa canggung pada awalnya, tetapi mereka tidak perlu saling menyapa secara berbeda," katanya.
Baca juga: BTS Wamil, Netizen: We Will Miss You! |
Pengecualian untuk sistem baru
Meskipun sistem penghitungan usia yang baru akan membuat setiap warga Korsel satu atau dua tahun lebih muda, akan ada beberapa pengecualian. Hal ini salah satunya diterapkan untuk batasan usia seseorang boleh membeli alkohol atau rokok, yakni 19 tahun, akan terus dihitung dengan mengurangi tahun kelahiran seseorang dari tahun berjalan, terlepas dari tanggal lahirnya.
Di bawah Undang-Undang Dinas Militer, laki-laki diharuskan menjalani pemeriksaan fisik untuk wajib militer pada tahun mereka menginjak usia 19 tahun. Hal ini pun tidak akan berubah. Usia legal anak-anak mulai masuk sekolah dasar di Korsel pun akan tetap sama, yakni pada tahun mereka menginjak usia 7 tahun di bawah Undang-Undang Pendidikan Dasar dan Menengah. Oleh karena itu, anak-anak Korsel yang lahir pada tahun 2017 akan masuk SD mulai Maret tahun depan.
(rns/afr)