Jepang sedang waspada karena populasinya makin banyak lansia, penurunan angka kelahiran, sampai resesi seks dan warga enggan menikah. Berbagai hal menjadi penyebabnya, namun politisi Jepang ini merasa punya jawabannya.
Baru-baru ini, Narise Ishida dari Partai Liberal Demokratik menyatakan alasan warga Jepang makin tidak mau menikah adalah 'kemampuan romantis' mereka menurun. Dia pun meminta pemerintah daerah menggelar survei dan analisis mengenai fenomena itu.
"Angka kelahiran tidak menurun karena kebutuhan uang untuk memiliki anak. Masalahnya adalah percintaan dianggap sebagai subyek yang tabu sebelum pernikahan," katanya seperti dikutip detikINET dari Mainichi, Senin (27/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia meminta faktor ini menjadi pertimbangan dalam upaya pemerintah menjodohkan warga. Akan tetapi dia tidak menjelaskan lebih detail apakah itu 'kemampuan romantis'. Barangkali terkait dengan kemampuan untuk merayu lawan jenis.
"Karena hal ini adalah benar-benar urusan pribadi, kita pertama-tama perlu memperdalam apa maksud dari kemampuan romantis," cetus Akira Yasuia, direktur strategis prefektur Jepang.
"Dalam survei sebelumnya tentang sikap penduduk prefektur, beberapa memberikan jawaban terkait kemampuan romantis, termasuk 'Saya tidak percaya diri', dan 'Saya tidak bisa bergaul dengan lawan jenis,' sebagai alasan untuk tidak menikah. Kami akan terus melakukan survei dari perspektif yang luas," tambah dia.
Seperti diberitakan, Japan's National Fertility Survey menyatakan bahwa angka perjaka di Jepang meningkat, di mana 1 dari 10 pria Jepang di umur 30-an tahun masih perjaka.
"Proporsi besar dari individu itu tidak bisa menemukan pasangan," cetus Peter Ueda, periset dari Tokyo University. Dia memberi peringatan bahwa naiknya angka perjaka di Jepang merupakan yang tertinggi di antara negara berpendapatan tinggi.
Jepang pun terancam sebagai sebuah negara, karena diperkirakan populasinya bisa turun sampai separuh dalam setengah abad jika tren semacam resesi seks itu tak bisa dibendung.
Halaman selanjutnya, upaya Jepang menjodohkan warga>>>
Berbagai upaya pun coba dilakukan. Salah satunya pemerintah di Perfektur Miyagi, di mana warga bisa menemukan pasangan melalui layanan kecerdasan buatan dari pemerintah untuk menjodohkan.
Di Ehime, pemerintah lokal menawarkan sistem perjodohan berbasis big data. Kemudian di di Miyazaki caranya lebih tradisional, pemerintah memfasilitasi perjodohan di mana calon pasangan berkirim surat terlebih dahulu.
Masih ada jenis usaha lain agar warga mau mencari pasangan hidup. Bahkan di Tokyo, ada pelatihan kencan dasar, misalnya bagaimana memulai obrolan dengan lawan jenis.
Survei dari National Institute of Population dan Social Security Research menemukan bahwa hampir seperlima pria Jepang dan 15% wanita tidak tertarik menikah, angka tertinggi sejak 1982. Hampir sepertiga pria dan seperlima wanita Jepang di usia 50-an tak pernah menikah.
Menurut pakar, usaha yang efektif misalnya adalah menyeimbangkan antara waktu kerja dan keluarga. "Negara pasca industri seperti Swedia menunjukkan adalah mungkin menyeimbangkan antara kerja dan keluarga sehingga tidak ada penurunan besar kelahiran," kata pakar dari Harvard, Mary Brinton.