Objek Wisata Cibulan, di Desa Maniskidul, Kecamatan Jalaksana, Kuningan, Jawa Barat dibuat heboh oleh matinya ikan dewa secara mendadak dan massal.
Masyarakat dalam budaya tertentu meyakini bahwa ikan dewa dikeramatkan, tidak boleh sembarangan ditangkap, sehingga diperlukan ritual khusus.
Karenanya, seperti yang tampak dalam video dan foto di media sosial, ada orang yang terlihat sedang menguburkan ikan dewa itu dengan diselimuti kain putih dan diazani layaknya manusia.
Tapi, bagaimana fakta soal ikan dewa dari kaca mata sains? Apakah memang ini ikan keramat atau spesies langka yang berharga? Dalam penelusuran detikINET, Jumat (2/9/2022) sudah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan oleh LIPI maupun Kementerian KKP. Inilah intisarinya:
1. Asal usul ikan dewa
Ikan dewa punya nama latin Tor sp. Lain daerah, lain pula sebutan untuk ikan air tawar pribumi ini. Di Jawa Barat, ikan ini disebut Kancra. Di Jawa Tengah dan Timur, dikenal dengan sebutan Tombro. Lain lagi di Sumatra bagian selatan, ikan ini disebut Semah. Di daerah lain, nama sebutannya adalah ikan Batak, Curong, Lempon, Ihan, Sepan, Kelah, Masheer, dan Torsoro.
Sebutan ikan dewa memang yang paling populer. Nama ini diduga karena jenis ikan konsumsi yang harganya mahal ini sejak dulu sering ditemukan menghuni kolam dan telaga yang dikeramatkan oleh masyarakat.
2. Ikan langka
Selain dikeramatkan, seperti dikutip dari situs Kementerian Kelautan dan Perikanan, jenis ikan keluarga karper dari suku Cyprinidae ini juga tergolong langka. Karper secara umum adalah keluarga besar ikan mas.
Di dalam wadah budidaya, ikan ini juga tergolong lambat pertumbuhannya. Diperlukan waktu setahun lebih untuk mencapai ukuran konsumsi. Boleh jadi karena itulah ikan ini memiliki harga mahal, ratusan ribu rupiah per kg. Saat tahun baru Imlek, konon harganya bahkan bisa mencapai jutaan rupiah per kg.
3. Ciri-ciri fisik
Berdasarkan informasi yang dikutip dari Wikipedia, ikan dewa berukuran sedang hingga besar, panjang standar mencapai 1.000 mm. Profil badannya memanjang, memipih tegak.
Bibirnya agak tebal, tanpa lobus (cuping) tengah pada bibir bawah. Dua pasang sungut terdapat di moncong dan di sudut mulut di rahang atas. Sungut moncong panjangnya kurang lebih sama dengan diameter mata, sementara sungut rahang atas sedikit lebih panjang, dan operkulum (tutup insang) panjangnya 1½-1¾ tingginya.
Sirip ekor bercabang dua, ujungnya runcing, jauh lebih panjang daripada panjang kepala serta batang ekor dikelilingi oleh 12 sisik.
Selain itu, sebelah atas tubuh berwarna zaitun, sebelah bawahnya berwarna keemasan atau keperakan-zaitun, dan iris mata kuning. Sisik-sisik di sisi tubuh dan ekor punya noktah keunguan di sudut pangkalnya. Untuk sirip-siripnya sendiri berwarna bening (hyaline), kekuningan atau jambon-kehijauan.
Baca juga: Dugong, Putri Duyung di Dunia Nyata |
Halaman selanjutnya: Ikan istimewa dan upaya budidaya >>>
Simak Video "Bupati Langkat Soal Satwa Dilindungi di Rumahnya: Demi Tuhan Itu Titipan!"
[Gambas:Video 20detik]