Nenek Moyang Indonesia Berasal dari Afrika?
Hide Ads

Nenek Moyang Indonesia Berasal dari Afrika?

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 02 Agu 2022 22:09 WIB
Manusia purba dan kehidupan zaman praaksara adalah dua hal yang tidak terlepaskan dalam sejarah bangsa Indonesia.
Nenek Moyang Indonesia Berasal dari Afrika? Foto: Dok. Detikcom
Jakarta -

Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dan ras. Karenanya, sangat menarik untuk menggali lebih dalam asal usul nenek moyang kita. Salah satu teori menyebutkan, nenek moyang kita berasal dari Afrika.

Setidaknya ada empat teori mengenai asal nenek moyang Indonesia:

1. Teori Yunnan

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Teori ini menyatakan nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunnan, China. Teori ini juga didukung oleh Mohammad Ali yang berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari Mongol yang terdesak oleh bangsa yang lebih kuat sehingga melakukan migrasi ke Selatan.

2. Teori Nusantara

ADVERTISEMENT

Menurut teori Nusantara, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Teori ini didukung oleh Muhammad Yamin, Gorys Keraf, dan J Crawford.

3. Teori Out of Taiwan

Dalam teori Out of Taiwan, asal-usul bangsa Indonesia disebut berasal dari Taiwan, bukan Daratan China. Teori ini didukung oleh Harry Truman Simanjuntak.

4. Teori Out of Africa

Teori terakhir menyatakan bahwa manusia modern yang hidup sekarang berasal dari Afrika. Dasar teori berbasis ilmu genetika melalui penelitian DNA mitokondria gen perempuan dan laki-laki.

Menurut ahli dari Amerika Serikat, Max Ingman, manusia modern yang ada sekarang ini berasal dari Afrika, kemudian mereka menyebar ke luar Afrika.

Teori yang disebut terakhir menjadi salah satu pembahasan dalam webinar "Menyingkap Misteri Asal Usul Leluhur Kita" yang diadakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Mochtar Riady Institute for Nanotechnology (MRIN), Selasa (2/8/2022).

Gludhug A. Purnomo, Phd. candidate Adelaide University Australia, menjelaskan teori ini meyakini manusia hidup dan berevolusi selama 150-200 ribu tahun lalu di sebuah wilayah di Afrika.

"Selama kurun waktu ini (150-200 ribu tahun lalu) secara hipotesisnya mereka tinggal dan berkembang di sana, tetapi baru 55-65 ribu tahun lalu mereka mulai keluar Afrika, dan menjadi nenek moyang bagi seluruh manusia di dunia," ujarnya.

Materi genetik

Menurut Gludhug, bukti genetik dan arkeologi memperlihatkan bahwa setelah keluar dari Afrika, mereka langsung menuju Paparan Sahul yang dulunya adalah daratan Papua dan Australia yang masih bergabung.

"Penelitian menggunakan DNA mitokondria tidak ada percampuran dari ayah dan ibu, jadi kita bisa melihat migrasi manusia modern yang dipengaruhi maternal atau pihak ibu," jelasnya.

Materi genetik memang bisa mengungkap sejarah. Di acara yang sama, Prof. dr. Herawati Sudoyo, Ph.D, peneliti utama MRIN, menjelaskan bahwa para ilmuwan berupaya merekonstruksi sejarah pemukiman pulau-pulau di Indonesia menggunakan pendekatan genetik.

"Hal ini dilakukan untuk menyimpulkan waktu kedatangan, ukuran populasi dan sejarah fluktuasi, pola migrasi, dan tingkat pencampuran yang dihasilkan," ujarnya.

Data ini kemudian dibandingkan dengan bukti dari data non-genetik, linguistik, etnografi, arkeologi, dan sejarah. Lalu diteliti pula dampak pencampuran atau asosiasinya dengan berbagai varian potensial dan status kesehatan.

"Dengan data genomic kita dapat gambaran percampuran genomik, melihat spasial dan region yang lebih besar dari kepulauan Nusantara. Kita juga bisa membandingkannya dengan data-data non genomic seperti bahasa, arkeologi dan sejarah serta mempelajari dampak dari proses pencampuran tersebut," ujarnya.




(rns/fay)