Pandemi COVID-19 masih berlanjut di seluruh dunia. Ilmuwan terus mencari cara agar tidak hanya meningkatkan kemanjuran vaksin saat ini terhadap SARS-CoV-2, tetapi melangkah lebih jauh dan menciptakan vaksin universal yang melindungi terhadap berbagai jenis virus corona, termasuk flu biasa.
Studi baru menemukan bahwa vaksin yang berfokus pada bagian S2 dari protein lonjakan (spike protein) SARS-CoV-2 mampu menciptakan antibodi yang tidak hanya menangani SARS-CoV-2, tetapi juga menetralkan virus Corona lainnya. Desain tersebut diuji secara in vitro dan pada model hewan. Temuan tersebut dilaporkan dalam Science Translational Medicine.
"Tujuan kami adalah mengembangkan pendekatan vaksinasi baru terhadap varian SARS-CoV-2 dan varian baru apa pun yang mungkin muncul di masa depan," kata penulis utama studi Kevin Ng, peneliti pascasarjana di The Francis Crick Institute, dikutip dari IFL Science.
"Untuk melakukan ini, kami membuat vaksin berdasarkan wilayah S2 protein lonjakan, yang merupakan bagian dari protein yang digunakan virus untuk memasuki sel. Ketika kami memvaksinasi tikus dengan vaksin S2 ini, mereka menghasilkan antibodi yang mengikat dan memblokir berbagai virus Corona manusia dan hewan, termasuk varian SARS-CoV-2 dan virus Corona flu biasa," sambungnya.
Memvaksinasi tikus dengan SARS-CoV-2 S2 menyebabkan pembentukan antibodi pada hewan tersebut tidak hanya menangani beberapa varian virus COVID-19 yang kita alami selama ini, tetapi juga virus flu biasa HCoV-OC43, juga dua virus corona yang ditemukan pada kelelawar. S2 tampaknya menjadi target yang sangat menjanjikan.
"Kami menjadi tertarik pada wilayah S2 beberapa tahun yang lalu ketika kami menemukan bahwa antibodi yang menargetkan virus Corona flu biasa juga dapat mengikat SARS-CoV-2," kata Ng.
"Kami menyadari bahwa antibodi reaktif silang ini mengikat secara khusus ke wilayah S2, yang hampir identik pada semua virus corona yang menginfeksi manusia. Jenis konservasi evolusioner ini menyiratkan bahwa Coronavirus mengalami kesulitan bermutasi di wilayah ini, dan ketika kita sebenarnya melihat semua varian SARS-CoV-2 yang telah berevolusi selama dua tahun terakhir, S2 tetap hampir sama.
S2 juga sangat mirip di banyak virus Corona hewan yang berbeda, yang berarti bahwa vaksin yang menargetkannya dapat mencegah virus hewan secara efektif melompat ke manusia. Ini bisa menjadi cara untuk menghentikan pandemi di masa depan bahkan sebelum mereka memiliki kesempatan untuk memulai.
Vaksin memang tidak menjamin seseorang tidak akan pernah terkena flu atau COVID lagi. Namun, efeknya akan jauh lebih ringan, secara signifikan mengurangi kemungkinan rawat inap dan kematian dari anggota keluarga virus Corona yang paling berbahaya.
"Sangat menantang untuk merancang vaksin yang mencegah infeksi virus Corona. Inilah alasan kita terinfeksi kembali flu biasa setiap tahun," jelas Ng.
"Vaksin kami saat ini sangat baik dalam mencegah penyakit parah dan rawat inap, dan kami berharap vaksin kami dapat dimasukkan ke dalam rejimen vaksinasi yang ada atau diberikan sebagai booster untuk melatih sistem kekebalan tubuh kita untuk mengenali lebih banyak jenis dan varian virus Corona," ujarnya.
Meskipun hasilnya menarik, jalan menuju vaksin semacam itu tersedia pada manusia masih panjang. Namun pendekatan serupa sedang diselidiki dan vaksin pan-coronavirus mungkin lebih nyata dari yang kita kira.
"Untuk saat ini, pekerjaan ini hanyalah bukti konsep dalam sel dan pada tikus, dan langkah selanjutnya adalah menguji vaksin ini pada model hewan praklinis yang lebih meniru sejarah infeksi virus Corona dan vaksinasi yang kita miliki sebagai manusia," kata Ng.
"Namun, ada sejumlah vaksin pan-coronavirus yang berbeda dalam pengembangan, termasuk beberapa yang baru saja memulai uji coba pada manusia," tutupnya.
Simak Video "Video: Pendapatan Nike Merosot Tajam, Terburuk Sejak Pandemi"
(rns/afr)