Laut Misterius Ini Jadi 'Kuburan' Satelit dan Kendaraan Antariksa
Hide Ads

Laut Misterius Ini Jadi 'Kuburan' Satelit dan Kendaraan Antariksa

Tim - detikInet
Jumat, 15 Jul 2022 18:50 WIB
Point Nemo
Lokasi kuburan satelit di Point Nemo. Foto: Daily Mail
Jakarta -

NASA memiliki kuburan satelit dan kendaraan luar angkasa di salah satu titik terasing di Samudra Pasifik. Titik tersebut bernama Point Nemo (dalam bahasa latin, nemo dapat berarti tidak), atau dikenal juga dengan Oceanic Pole of Inaccessibility. Jaraknya lebih dari 2.500 km dengan pulau terdekat.

Point Nemo memiliki luas kurang lebih 1.500 km2 yang terletak di Pasifik Selatan antara Australia, Selandia Baru, dan Amerika Selatan. Daerah ini juga minim kehidupan biota bawah laut.

Kendaraan luar angkasa yang terbenam disini meliputi roket milik SpaceX, pesawat kargo milik beberapa negara Eropa dan Jepang, hingga stasiun antariksa milik Uni Soviet.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut ahli astronomi bernama David Whitehouse, tempat tersebut dapat mencegah terjadinya tabrakan yang berbahaya, seperti dilansir detikINET dari Daily Mail.

"Satelit kecil akan habis terbakar di atmosfer, namun kepingan dari satelit-satelit besar kemungkinan akan sampai di permukaan Bumi. Untuk menghindari kerusakan di daerah berpenghuni, benda-benda tersebut dibawa ke titik tak terjangkau di laut," ujarnya beberapa waktu silam.

ADVERTISEMENT
Point NemoPoint Nemo jadi kuburan satelit. Foto: Daily Mail

Kuburan ini paling tidak memiliki 260 'mayat', mayoritas pesawat antariksa milik Rusia, sejak pertama kali digunakan pada 1971 untuk menghindari menumpuknya bangkai satelit maupun kendaraan luar angkasa di Bumi.

Jumlah tersebut akan terus bertambah mengingat stasiun luar angkasa pertama milik China, Tiangong 1, akan jatuh ke Bumi dalam waktu dekat. Selain itu, terdapat empat satelit yang kemungkinan jatuh pada kisaran Oktober hingga November mendatang.

"Kemungkinan, International Space Station juga akan terkubur di sana. Rencana terkini adalah menonaktifkannya pada satu dekade mendatang dan dengan sangat hati-hati dibawa ke Point Nemo," kata David Whitehouse.

Halaman selanjutnya, dampak buruk debu angkasa>>>

Dengan bertambahnya satelit, stasiun luar angkasa, atau kendaraan antariksa yang jatuh, maka akan semakin banyak debu-debu angkasa dihasilkan dari pergesekan antara benda-benda tersebut dengan atmosfer Bumi.

Sebelumnya, para peneliti sempat mewanti-wanti bahwa peningkatan jumlah debu angkasa yang bergerak cepat di orbit Bumi dapat menyebabkan bencana besar jika menabrak satelit atau kendaraan antariksa lain.

Diperkirakan, terdapat 170 Juta serpihan sampah-sampah antariksa di dalam orbit bersama infrastruktur luar angkasa bernilai USD 700 Miliar. Namun, hanya 22.000 diantaranya yang terdeteksi.

Dengan pergerakan yang dapat mencapai kecepatan lebih dari 27.000 km/jam, serpihan kecil pun dapat menyebabkan kerusakan besar, atau bahkan menghancurkan satelit.

"Masalah ini semakin bertambah buruk tiap tahunnya. Kami kehilangan tiga dari empat satelit selama setahun terakhir. NASA memperkirakan, kami dapat kehilangan segalanya dalam lima hingga sepuluh tahun mendatang," ujar Ben Greene, Head of Australia Space Environment Research Center.