Ada beberapa fakta menarik tentang udang, salah satunya adalah, hewan ini awalnya lahir jantan kemudian dalam perkembangannya berubah menjadi betina.
Banyak spesies udang menghabiskan hidup mereka sebagai jantan dan betina. Udang dilahirkan sebagai jantan, kemudian di kemudian hari (dalam siklus musiman atau tahunan) gonad jantan mereka (organ seksual) turun, dan digantikan oleh ovarium.
Sebagai betina yang baru lahir, mereka akan kawin dengan jantan yang lebih muda yang belum bertransisi. Punya waktu untuk tumbuh dan berkembang, memberi udang betina keuntungan dalam reproduksi dan secara keseluruhan membantu pengendalian populasi.
Udang peppermint adalah salah satu contoh ini. Dinamakan peppermint, karena di sepanjang tubuhnya terdapat garis-garis merah yang tembus cahaya, membuatnya terlihat seperti permen peppermint.
Tapi, seperti dikutip dari New Scientist, kebanyakan udang peppermint lebih suka tetap jantan. Semua udang jantan lebih berhasil menemukan pasangan daripada hermaprodit (berkelamin ganda) yang bertindak sebagai jantan. Mungkin karena mereka dapat berusaha lebih keras untuk mencari pasangan, dan mereka akan menunda berganti kelamin jika ada hermafrodit lainnya.
Menariknya, keputusan untuk berubah kelamin atau tidak ditentukan oleh ukuran kelompok sosial. Untuk memaksimalkan peluang mereka suatu hari bisa kawin, udang hidup sendiri lalu berubah menjadi hermaprodit, meskipun mereka akhirnya tumbuh lebih lambat karena energi yang dihabiskan untuk membuat telur.
Junda Lin dari Florida Institute of Technology in Melbourne, Florida, Amerika Serikat, menghabiskan lebih dari 10 tahun terakhir mempelajari udang peppermint. Studi terbarunya menunjukkan bahwa menjadi jantan tidak terlalu menguntungkan bagi udang.
Meskipun pejantan membutuhkan energi yang jauh lebih sedikit untuk membuat sperma daripada telur, perkawinan itu sendiri "mahal" karena pejantan harus menemukan pasangan hermaprodit dan kemudian mengejarnya hingga delapan jam.
Akibatnya, perkawinan tunggal dapat merugikan sekitar 15% pertumbuhan fisik jantan yang seharusnya ia capai. Ini berarti, pejantan yang kawin tumbuh lebih lambat dan akhirnya menjadi lebih kecil daripada hermaprodit, yang seringkali mengalahkan mereka untuk mendapatkan makanan.
Berubah menjadi hermaprodit mungkin tampak sebagai perpanjangan alami dari strategi itu. Lagi pula, hermaprodit dapat kawin dengan siapa pun yang tersedia, dan karenanya harus memiliki peluang terbaik untuk mewariskan gen mereka.
Simak Video "Penampakan Seekor Domba Bermata Satu di Cianjur"
(rns/afr)