Bedanya Ramadan Saat Pandemi di Luar Negeri dengan di Indonesia
Hide Ads

Eureka!

Bedanya Ramadan Saat Pandemi di Luar Negeri dengan di Indonesia

Rachmatunnisa - detikInet
Rabu, 20 Apr 2022 17:20 WIB
MELBOURNE, AUSTRALIA - OCTOBER 02: People sit in an observation after receiving their COVID-19 vaccines inside a vaccination hub at Whitten Oval on October 02, 2021 in Melbourne, Australia. The Western Bulldogs home ground is hosting a community vaccination hub this weekend, as Victorians are encouraged to get their COVID-19 vaccinations as the state aims to reach immunisation targets. (Photo by Daniel Pockett/Getty Images)
Foto: Getty Images/Daniel Pockett
Jakarta -

Selama dua tahun pandemi COVID-19 melanda, kita mengalami berbagai pembatasan bahkan lockdown yang membuat segala kegiatan terbatas, termasuk saat Ramadan. Bagaimana dengan di luar negeri?

Dua pelajar asal Indonesia, Genesia Wahyu Saputro dari Norwegian University of Science and Technology, Norwegia, dan Imran Aryan Kamil yang menempuh studi di University of Tasmania, Australia, berbagi pengalaman mereka saat live streaming Eureka! 'Puasa di ujung Bumi Utara & Selatan'.

"Kurang lebih sama dengan di Indonesia, dianjurkan tidak ke masjid, tidak ada tarawih di masjid. Salat Jumat masih ada, tapi semua orang diminta memakai masker," kata Genesia yang menjalani tahun kedua berpuasa di Norwegia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Disebutkannya, sejumlah tradisi Ramadan seperti berbuka puasa bersama di masjid dan komunitas-komunitas muslim pun ditiadakan ketika pandemi COVID-19 genting. Namun kini, lanjut Genesia, situasinya berangsur pulih.

"Sekarang karena beberapa restriksinya sudah dicabut, beberapa kegiatan sudah mulai diperbolehkan lagi. Masjid mulai ada kegiatan buka puasa bersama, dan tiap jam buka puasa lokal ada makanan disediakan di masjid," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Sedangkan Imran yang saat ini tinggal di Tasmania, Australia, menyebutkan situasi pandemi di sana terkendali karena Tasmania merupakan pulau terisolasi.

"Tasmania itu pulau sendiri, terisolasi. Jadi sejak kasus Corona mulai sampai Desember (2021) lalu ketika perbatasannya baru dibuka, di sini nyaris 0 kasus (COVID-19)," katanya.

Adapun berbagai pembatasan justru baru diterapkan belakangan ini ketika Tasmania mulai membuka perbatasan. Hal ini untuk menjaga agar tidak terjadi penularan COVID-19 di wilayah tersebut.

"Jadi (awal pandemi) restriksi untuk mau ke masjid mau salat nggak ada. Bermasker pun baru-baru ini, awal-awal pandemi belum. Sekarang karena perbatasan sudah dibuka, kasus Coronanya dikit-dikit naik, masjid atau majlis yang mengadakan tarawih dan salat Jumat tetap ada, tapi diwajibkan semua menggunakan masker," jelasnya.




(rns/fay)