Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) melakukan update dari definisi vaksin. Perwakilan AS Thomas Massie, seorang Republikan Kentucky, menunjukkan tiga definisi vaksinasi yang terdaftar oleh CDC selama beberapa tahun. Ada definisi sebelum 2015, kemudian perubahan pada 2015, dan terakhir pembaruan pada 2021.
Massie menuliskan pertama kali pada September 2021 dengan menyematkan sebuah foto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lihat definisi 'vaksinasi' yang berkembang dari @CDCgov. Mereka sibuk di Kementerian Kebenaran," tulis Massie.
Lalu bagaimana faktanya? Sebuah definisi diperbarui bila sesuai. Merriam-Webster bahkan memperbarui definisi vaksinasi pada bulan Desember. Namun, tidak benar untuk menyiratkan bahwa definisi vaksinasi telah diubah karena anggapan salah tentang vaksin COVID-19 yang disebut tidak efektif.
CDC sebelumnya mendefinisikan vaksinasi sebagai 'Tindakan memasukkan vaksin ke dalam tubuh untuk menghasilkan kekebalan terhadap penyakit tertentu'. Sekarang, sesuai pembaruan pada September 2021, itu mendefinisikannya sebagai 'Tindakan memasukkan vaksin ke dalam tubuh untuk menghasilkan perlindungan terhadap penyakit tertentu'.
Seorang juru bicara CDC mengatakan kepada USA Today pada bulan September mengenai definisi yang diubah. Ia mengatakan ini dilakukan agar lebih jelas dan transparan.
"Meskipun ada sedikit perubahan dalam kata-kata dari waktu ke waktu untuk definisi 'vaksin' di situs web CDC, itu tidak memengaruhi definisi keseluruhan," bunyi pernyataan itu.
"Definisi sebelumnya dapat diartikan bahwa vaksin 100% efektif, yang belum pernah terjadi pada vaksin apa pun," lanjutnya.
Jika kamu ingin melihat situs web CDC menggunakan arsip web seperti yang diunggap Massie, kamu juga dapat menemukan halaman vaksinasi ini dari tahun 2015 yang juga menjelaskan bahwa 'tidak ada vaksin yang benar-benar 100% aman atau efektif untuk semua orang karena tubuh setiap orang bereaksi terhadap vaksin secara berbeda'. Perubahan dari kata 'kekebalan' menjadi "perlindungan" lebih jelas mendefinisikan harapan, seperti yang ditunjukkan oleh vaksin COVID-19.
Dengan kata lain, seseorang mungkin masih tertular COVID bahkan jika sudah divaksinasi tetapi kemungkinan sakit parah atau meninggal jauh lebih kecil ketimbang tidak divaksinasi. Demikian melansir IFL Science.
(ask/ask)