Kenapa Bulan Februari Hanya Punya 28 Hari?
Hide Ads

Kenapa Bulan Februari Hanya Punya 28 Hari?

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 08 Feb 2022 06:15 WIB
kalender tahun kabisat. dikhy sasra/ilustrasi/detikfoto
(Foto: Dikhy Sasra/detikcom)
Jakarta -

Tak seperti bulan lainnya yang harinya berjumlah 30 atau 31, Februari punya keunikan tersendiri karena hanya punya 28 hari. Kenapa bulan Februari hanya punya 28 hari? Berikut penjelasannya secara ilmiah.

Fenomena unik 28 hari ini bermula dari kalender Romawi di masa pemerintahan Raja Romulus, seorang raja terkenal bangsa Romawi yang menetapkan berbagai hal untuk pertama kalinya.

Pada masa pemerintahannya, dua menetapkan satu tahun hanya memiliki 10 bulan, yaitu Martius, Aprilis, Maius, Junius, Quintilis, Sextilis, September, Oktober, November, dan Desember. Januari dan Februari bahkan tidak ada dalam kalender.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebijakan ini berubah ketika raja kedua Roma, Raja Pompilius, naik takhta. Kalender yang dibuat didasarkan pada siklus Lunar dengan jumlah 355 hari, kemudian ditambahkan dua bulan baru antara Desember dan Martius.

Dua bulan itu tak lain adalah Januari dan Februari, dengan masing-masing hari berjumlah 29 hari. Setelah perhitungan tersebut berjalan selama beberapa tahun, ada banyak keganjilan yang membuat sejumlah musim justru tidak sinkron dengan bulan-bulan khas mereka.

ADVERTISEMENT

Jadi 28 Hari sejak Julius Caesar

Saat Julius Caesar mengambil alih kekuasaan di tahun 45 Masehi, Ia menyusun ulang semuanya berdasarkan panjang tahun terhadap Matahari dalam satu kali edar.

Kalender ini menambahkan 10 hari pada satu tahun, sehingga menjadikan satu bulan berisi 30 dan 31 hari, kecuali di Februari. Tanggalan Februari sengaja dibuat berjumlah 28 agar total keseluruhan hari dalam kalender menjadi 365. Pengaturan itu ternyata cocok dengan sistem musim dan dipakai sampai sekarang.

Ada Tahun Kabisat

Bulan Februari juga punya Tahun Kabisat atau Leap Year setiap empat tahun sekali, di mana jumlah harinya mengalami sedikit penambahan, yaitu menjadi 366 hari.

Menurut perhitungan astronom bernama Sosiogenes asal Alexandria, Bumi mengitari Matahari selama 365,25 hari dalam satu tahun. Untuk membulatkannya, setiap 4 tahun sekali dibuat tambahan satu hari.

Penambahan satu hari tersebut diberikan pada bulan Februari. Hasilnya, bulan Februari yang berjumlah 28 hari pada tahun biasa, akan berjumlah 29 hari pada Tahun Kabisat.

Kebetulan, Februari tahun ini bukan Tahun Kabisat. Uniknya, orang yang lahir pada tanggal 29 Februari atau Tahun Kabisat memiliki sebutan leapling atau leaper. Mereka merayakan ulang tahun setiap empat tahun sekali.




(rns/fay)