3 Alasan Teleskop Pemburu Exoplanet Dipasang di Gunung Timau NTT
Hide Ads

Eureka!

3 Alasan Teleskop Pemburu Exoplanet Dipasang di Gunung Timau NTT

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 25 Jan 2022 16:17 WIB
Observatorium Nasional Timau di Kupang Buka Jalan Pencarian Exoplanet oleh Indonesia
3 Alasan Teleskop Pemburu Exoplanet Ditempatkan di Gunung Timau NTT. Foto: Ilustrasi/DW (SoftNews)
Jakarta -

Dibangunnya Observatorium Nasional Gunung Timau di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) akan menjadi pembuka jalan Indonesia ikut dalam pencarian exoplanet atau planet di luar tata surya untuk pertama kalinya. Kenapa Timau yang dipilih sebagai lokasinya?

Sebelum menjawab pertanyaan dari salah satu detikers ini, pakar astronomi Prof Dr Thomas Djamaluddin, MSc. yang menjadi narasumber tanya jawab live "Eureka!: Indonesia Berburu Exoplanet dan Alien", Senin (24/1) malam, menceritakan tentang observatorium yang sedang dibangun ini.

Observatorium Nasional Gunung Timau nantinya akan menjadi rumah bagi teleskop 3,8 meter, teleskop paling besar di Asia Tenggara dan ini merupakan produksi kedua dari rancangan Universitas Kyoto di Jepang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan teleskop yang besar ini, peluang pengamatan objek-objek langit, objek redup di sekitar galaksi kita, maupun di luar galaksi kita jadi memungkinkan. Pengamatan dan pencarian exoplanet pun bisa dilakukan dengan teleskop ini nantinya, tapi itu hanya salah satu dari sekian banyak hal yang bisa dilakukan para peneliti dan astronom Indonesia menggunakan alat canggih ini.

"Kita sudah mempunyai teleskop di Observatorium Bosscha di Lembang, Bandung, tetapi teleskop yang dibangun tahun 1923 ini sebentar lagi berusia 100 tahun dan sudah mengalami gangguan polusi cahaya dari kota Bandung. Tentu ini akan mengganggu pengamatan objek-objek yang redup," terang Djamal.

ADVERTISEMENT

Karenanya, para astronom di Institut Teknologi Bandung (ITB) mencari berbagai lokasi di wilayah Indonesia, dan akhirnya terpilihlah lokasi di NTT. Ada tiga alasan yang membuat para peneliti mantap menentukan pilihan di NTT, tepatnya di Gunung Timau.

"Pertama, NTT adalah wilayah yang musim keringnya lebih panjang dibandingkan daerah lain. Awal kemaraunya paling awal, dan datangnya musim hujan paling akhir sehingga rata-rata hari cerahnya lebih panjang dibandingkan daerah lain," ungkap sosok yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) ini.

Peletakan batu pertama pembangunan fisik Observatorium Nasional Timau yang akan menjadi terbesar di Asia Tenggara.Peletakan batu pertama pembangunan fisik Observatorium Nasional Timau yang akan menjadi terbesar di Asia Tenggara. Foto: dok. LAPAN

Tim astronom ITB melakukan survei ke berbagai lokasi, mulai dari pulau terpencil hingga pegunungan. Gunung Timau pun dipilih karena masih sangat gelap.

"Alasan kedua adalah Gunung Timau masih jauh dari polusi cahaya, masih sangat gelap, sehingga diharapkan objek-objek yang redup dapat terekam dengan baik tanpa terganggu polusi cahaya kota," runut Djamal.

Mudah diakses dari kota menjadi alasan terakhir pemilihan lokasi ini. Diakui Djamal, saat ini kondisi jalan menuju ke sana memang belum terlalu baik. Jarak tempuh dari Kupang menuju Timau saat ini memakan waktu sekitar lima jam. Dia berharap ketika akses jalan sudah diperbaiki, waktu tempuh dari Kupang menuju Timau akan lebih singkat.

Meski nantinya akses menuju Observatorium Nasional Gunung Timau makin baik, para astronom berharap hal ini tidak kemudian mempercepat terjadinya polusi cahaya.

Bagaimanapun, astronom yang bekerja di sana harus punya akses untuk kebutuhan sehari-harinya sehingga perlu tempat yang masih relatif mudah diakses dari kota.

"Jadi untuk mencari lokasi observatorium, tiga syarat itu yang paling diutamakan: dari segi cuacanya diharapkan cuaca cerahnya paling panjang dalam satu tahun, jauh dari polusi cahaya, dan masih relatif mudah diakses agar astronom bisa nyaman bekerja di sana," simpulnya.




(rns/fay)