Indonesia belum sampai sana
Djamal mengungkapkan Indonesia saat ini belum berada pada tahap menyusul negara-negara yang sudah mengorbitkan manusia dan wahana ke antariksa, atau mendarat di Bulan.
Dijelaskan olehnya, prioritas Indonesia di ranah antariksa saat ini bukan untuk pencapaian itu. Indonesia masih memprioritaskan pemanfaatan antariksa untuk pengamatan Bumi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Indonesia memiliki keterbatasan, (seperti) keterbatasan anggaran dan keterbatasan teknologi. Oleh karenanya, yang kita lakukan (di ranah antariksa) secara bertahap," ujarnya.
Selain itu, kata Djamal, eksplorasi antariksa memakan biaya yang cukup tinggi. Karenanya, Indonesia masih menentukan prioritas utamanya untuk meneliti Bumi yang menjadi tempat manusia berhuni.
"Program antariksa itu program yang berbiaya tinggi, risikonya tinggi, teknologinya juga tinggi. Jadi high cost, high risk dan high tech ini terkait dengan teknologi antariksa," sebutnya.
Secara runutan, tahapan Indonesia di dunia antariksa, dijelaskan Djamal adalah sebagai berikut:
- Pengamatan astronomi sejak 1923 menggunakan Observatorium Bosscha
- Pemanfaatan teknologi antariksa untuk pengamatan Bumi menggunakan citra satelit internasional di tahun 1970-1980an
- Awal tahun 2000an Indonesia mulai mengembangkan satelit sendiri, mengirimkan belasan engineer belajar ke Jerman untuk membuat satelit mikro
- Bisa membuat satelit mikro dan meluncurkan satelit buatan sendiri pertama kali di 2015
- Mengembangkan teknologi roket peluncur
- Berupaya meluncurkan wahana antariksa dari Indonesia dengan membangun Bandara Antariksa di Biak, Papua.
"Tentu nanti dengan kemampuan ekonomi yang lebih baik lagi, dan sumber dana, serta sumber daya manusia yang bertambah, kita juga akan meningkatkan dan turut dalam program-program misi internasional, turut dalam eksplorasi antariksa," tutupnya.
Simak Video "Eureka!: Indonesia Berburu Exoplanet dan Alien"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/fay)