Matahari Segera Bangun dari Tidur, Ini Akibatnya Bagi Bumi
Hide Ads

Matahari Segera Bangun dari Tidur, Ini Akibatnya Bagi Bumi

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 09 Nov 2021 09:15 WIB
Badai Matahari akan hantam bumi
Foto: Dok. REUTERS/NASA/SDO/Handout
Jakarta -

Bumi dilanda badai geomagnetik pekan lalu, menyusul serangkaian ledakan suar dari badai magnetik di permukaan Matahari. Para ahli meyakini hal tersebut adalah pertanda akan adanya badai Matahari yang intens pada tahun 2025.

"Beberapa tahun terakhir aktivitas (Matahari) sangat sedikit, seperti yang terjadi selama minimum Matahari. Tetapi belakangan (aktivitas Matahari) meningkat cukup cepat ke maksimum siklus Matahari berikutnya, yang kami prediksi (terjadi) pada tahun 2025," kata Bill Murtagh koordinator program Space Weather Prediction Center (SWPC) di National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), dikutip dari Space.com.

"Kami melihat adanya peningkatan aktivitas yang diperkirakan berkaitan dengan kenaikan siklus Matahari. Ini semacam fase 'bangun dari tidur'," sambungnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Badai Matahari pekan lalu juga menunjukkan bahwa aktivitas Matahari tak hanya mempengaruhi Matahari sendiri, tetapi juga kehidupan di Bumi. Saat mencapai Bumi, semburan Matahari dapat menyebabkan serangkaian fenomena yang disebut cuaca antariksa yang dapat menyebabkan kerusakan satelit hingga kemunculan aurora yang indah.

Badai geomagnetik pekan lalu, berasal dari serangkaian lontaran massa korona, yang merupakan gelembung materi Matahari yang terkadang dimuntahkan oleh Matahari kita.

ADVERTISEMENT

"Lontaran massa korona (coronal mass ejection/CME) pada dasarnya adalah awan yang terdiri dari miliaran ton gas plasma dengan medan magnet. Jadi Matahari menembakkan magnet ke luar angkasa, dan magnet itu melakukan perjalanan sejauh 93 juta mil dari Matahari ke Bumi," kata Murtagh.

Namun karena Bumi memiliki medan magnetnya sendiri, medan magnet yang bercampur di luar angkasa menciptakan badai. "Kedua magnet bersatu dan menciptakan badai geomagnetik ini," kata Murtagh tentang CME yang mencapai Bumi.

CME terkadang dapat tumbuh melintasi luar angkasa, dan badai geomagnetik pekan lalu berasal dari serangkaian ledakan suar yang bergabung saat CME berikutnya bergerak lebih cepat dari pendahulunya.

"CME pertama pada dasarnya melalui 93 juta mil dan hampir membuka jalan bagi CME lain untuk datang di belakangnya. Terkadang kita menyebutnya dengan istilah mengkanibal CME yang di depannya," ujarnya.

Seberapa kuat badai, tergantung pada besaran CME dan bagaimana dua medan magnet dapat sejajar.




(rns/afr)