Nelayan Sungai Musi Temukan Harta Karun Peninggalan Sriwijaya
Hide Ads

Nelayan Sungai Musi Temukan Harta Karun Peninggalan Sriwijaya

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 26 Okt 2021 20:15 WIB
arkeologi
Segenggam cincin emas, manik-manik dan koin emas Sriwijaya, ditemukan di dasar laut dekat Palembang. Foto: Wreckwatch
Jakarta -

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya kemungkinan besar ditemukan oleh nelayan Sungai Musi, Palembang, Sumatra. Di masa kejayaannya sekitar abad ke-14, Pulau Sumatra, tempat Kerajaan Sriwijaya berada, dikenal sebagai Pulau Emas.

Temuan para nelayan ini luar biasa, karena terdiri dari harta karun mulai dari patung Buddha abad ke-8 berukuran besar bertatahkan permata berharga, hingga permata untuk raja.

"Dalam lima tahun terakhir, hal-hal luar biasa muncul. Koin dari semua periode, patung emas dan Buddha, permata, segala macam hal yang mungkin Anda baca di kisah Sinbad the Sailor, sungguhan ada," kata Dr Sean Kingsley, seorang arkeolog maritim Inggris, dikutip dari The Guardian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menggambarkan harta karun itu sebagai bukti definitif bahwa Sriwijaya adalah "dunia air" karena orang-orangnya tinggal di sungai seperti manusia perahu modern, seperti yang dicatat oleh teks-teks zaman kuno.

"Ketika peradaban berakhir, rumah kayu, istana, dan kuil mereka semua tenggelam bersama semua barang-barang mereka. Para nelayan lokal, manusia laut modern Sumatra, akhirnya menyingkap tabir rahasia Sriwijaya," ujarnya.

ADVERTISEMENT
arkeologiSeorang nelayan bersiap menyelam bebas dengan sistem pernapasan hookah, dan rantai besi untuk pemberat, di Sungai Musi, Palembang untuk mencari harta karun. Foto: Wreckwatch

Penelitian tentang peninggalan Sriwijaya ini nantinya akan diterbitkan dalam edisi terbaru majalah Wreckwatch, yang diedit oleh Kingsley. Studi Sriwijaya merupakan bagian dari publikasi setebal 180 halaman yang berfokus pada China dan Jalur Sutra Maritim.

Kingsley mencatat bahwa pada puncaknya, Sriwijaya mengendalikan arteri Jalan Sutra Maritim, pasar kolosal di mana barang-barang lokal, barang China, dan dari Arab diperdagangkan.

"Sementara dunia Mediterania barat memasuki zaman kegelapan pada abad kedelapan, salah satu kerajaan terbesar di dunia muncul di peta Asia Tenggara. Selama lebih dari 300 tahun penguasa Sriwijaya menguasai jalur perdagangan antara Timur Tengah dan kekaisaran China. Sriwijaya menjadi persimpangan internasional untuk produk terbaik zaman itu. Penguasanya mengumpulkan kekayaan yang legendaris," paparnya.

Dia juga menjelaskan, dari perairan dangkal tersebut muncul emas dan permata berkilauan yang setara dengan citra Sriwijaya sebagai kerajaan terkaya. Harta karun yang ditemukan mulai dari alat perdagangan, senjata perang, hingga peninggalan yang berkaitan dengan agama.

arkeologiFoto: Wreckwatch

Temuan nelayan merinci adanya kuil-kuil, tempat-tempat pemujaan, patung-patung Buddha perunggu dan emas, hingga pengetuk pintu kuil perunggu bergambar wajah iblis Kala. Ada pula lonceng biarawan perunggu, cincin upacara emas bertatahkan batu rubi dan dihiasi dengan tongkat vajra emas bercabang empat, dan senjata dewa.

Penelitian ini tidak menemukan informasi mengapa Kerajaan Sriwijaya runtuh. Kingsley berspekulasi bahwa Kerajaan Sriwijaya menjadi korban letusan gunung berapi di Indonesia. "Atau apakah sungai yang berlumpur itu menelan seluruh kota?," tanyanya.

Sementara itu sejarah Indonesia mencatat salah satu penyebab runtuhnya kerajaan Sriwijaya adalah berkurangnya kapal dagang yang singgah. Semakin sedikitnya kapal dagang yang singgah berakibat pada aktivitas jual-beli dan perdagangan samakin berkurang. Karenanya, pendapatan Kerajaan Sriwijaya dari pajak kapal juga makin menurun dan membuatnya bangkrut.

Tanpa penggalian resmi, bukti yang dapat menjawab pertanyaan seperti itu akan hilang. Sangat disayangkan, harta karun yang ditemukan nelayan kebanyakan dijual sebelum para arkeolog dapat mempelajarinya dengan benar.

Alhasil, benda-benda bersejarah itu hanya berakhir di tangan pedagang barang antik. Sementara itu para nelayan yang menyelam menggunakan peralatan seadanya dan berisiko bahaya, menerima imbalan yang sangat sedikit dibandingkan nilai benda yang mereka jual.




(rns/rns)