NASA Ungkap Pemicu Hujan di Puncak Greenland yang Bikin Cemas Ilmuwan
Hide Ads

NASA Ungkap Pemicu Hujan di Puncak Greenland yang Bikin Cemas Ilmuwan

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 24 Agu 2021 09:45 WIB
Jakarta -

Ilmuwan dibuat cemas mengetahui untuk pertama kalinya dalam sejarah, terjadi hujan deras di puncak lapisan es di pulau Greenland, Denmark. NASA pun menganalisis pemicunya.

Dikutip dari situs resmi NASA, lapisan es Greenland mengalami dua kali pencairan intens pada Juli 2021, dan prakiraan memperingatkan akan ada lebih banyak lagi kejadian serupa menyusul. Panasnya musim panas tahun ini memicu peristiwa pencairan besar lainnya pada 14-15 Agustus 2021. Tetapi kali ini, pencairan diperparah oleh curah hujan.

Setiap tahun dari sekitar Mei hingga awal September, pencairan terjadi di lapisan es yang luas yang menutupi Greenland. Selain berkontribusi langsung terhadap kenaikan permukaan laut, air lelehannya dapat mengalir ke dasar lapisan es melalui celah dan moulin sehingga mempercepat aliran es menuju laut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di musim-musim pencairan es, kadang-kadang dapat terjadi peristiwa pelelehan yang lebih banyak dalam periode singkat dibandingkan hari-hari saat musim panas 'biasa'.

Peristiwa pencairan terbesar ketujuh yang tercatat (berdasarkan wilayah) terjadi pada 28 Juli, yaitu ketika pencairan menutupi sekitar 881.000 kilometer persegi lapisan es, menurut data National Snow and Ice Data Center. Pencairan pada 14 Agustus yang merupakan puncak peristiwa akhir musim panas yang tidak biasa, sedikit lebih kecil, yakni meliputi sekitar 872.000 kilometer persegi.

ADVERTISEMENT
greenland mencairGambar pada 12 Agustus 2021. Foto: NASA

"Pola pencairan berbeda untuk setiap peristiwa. Sementara peristiwa pencairan akhir Juli meluas di Greenland utara, peristiwa Agustus difokuskan di Greenland selatan," kata ahli glasiologi Lauren Andrews Global Modeling and Assimilation Office NASA.

greenland mencairGambar pada 15 Agustus 2021. Foto: NASA

Menurut Andrews, pada 15 Agustus, area es yang kosong meluas lebih jauh ke pedalaman. Andrews juga mencatat bahwa pencairan meluas ke pedalaman menuju bagian dalam lapisan es dan mencapai stasiun penelitian Summit Station-National Science Foundation yang terletak di dekat bagian atas lapisan es.

"Pencairan itu dipicu oleh udara hangat yang bergerak di atas Greenland dan menghasilkan suhu yang luar biasa tinggi. Peta di atas menunjukkan pemanasan jangka pendek di Greenland. Itu menggambarkan seberapa besar suhu udara pada 14 Agustus 2021, berada di atas atau di bawah suhu dari minggu sebelumnya (rata-rata 5-11 Agustus 2021)," jelas Andrews.

greenland mencairGambar pada 14 Agustus 2021. Foto: NASA

Peta di atas berasal dari model Goddard Earth Observing System (GEOS) dan mewakili suhu udara pada 2 meter di atas tanah. Data yang dimodelkan, yang menggunakan persamaan matematis yang mewakili proses fisik, menawarkan pandangan yang luas dan diperkirakan dari wilayah di mana stasiun cuaca berbasis darat terbilang jarang.

Curah hujan yang meluas di Greenland selatan berkontribusi pada pencairan. Suhu udara yang hangat saja, bukan hujan, menyebabkan peristiwa pencairan besar sebelumnya di Stasiun Summit, termasuk yang terjadi pada 2012 dan 2019, menurut Christopher Shuman, seorang ahli glasiologi dari University of Maryland, Baltimore County.

Penelitian telah menunjukkan bahwa jumlah pencairan di Greenland yang disebabkan oleh hujan telah meningkat selama beberapa waktu terakhir, baik di musim panas maupun musim dingin.

Peristiwa pencairan besar termasuk yang terjadi pada musim 2021, umumnya berumur pendek dan berkontribusi dalam jumlah yang relatif kecil terhadap total pencairan yang terjadi sepanjang musim.

Akan tetapi, mereka dapat memiliki efek yang bertahan lama pada lapisan es. Pencairan dapat memicu proses yang menyebabkan permukaan es menjadi gelap dan memodifikasi salju dan cemara di bawahnya, yang dapat memperburuk pencairan dan limpasan di masa depan, bahkan dalam kondisi atmosfer normal.

"Selama peristiwa pencairan, proses ini dapat terjadi di bagian lapisan es yang biasanya tidak mengalami pencairan, membuat dampaknya lebih luas. Umpan balik seperti ini mulai berdampak," tutupnya.

(rns/afr)