Sebagian besar hambatan untuk menemukan asal usul Sars-CoV-2 atau virus corona disebabkan oleh kurangnya akses informasi dari China. Padahal, China adalah tempat pertama merebaknya kasus COVID-19 di dunia.
Sekarang, seorang peneliti di Seattle telah menggali file yang dihapus dari Google Cloud yang mengungkapkan 13 urutan genetik parsial untuk beberapa kasus awal COVID-19 di Wuhan, Carl Zimmer melaporkan untuk The New York Times.
Melansir Science Alert, Jesse Bloom dari Howard Hughes Medical Institute di Seattle telah menemukan urutan yang dihapus. Bloom adalah penulis utama dalam sebuah surat yang diterbitkan pada bulan Mei di jurnal Science yang mendesak penyelidikan yang tidak memihak tentang asal-usul virus corona. Dari data baru ini, Bloom menemukan isyarat bahwa virus itu beredar di Wuhan jauh sebelum muncul di pasar makanan laut.
"Mereka tiga langkah lebih mirip dengan virus corona kelelawar daripada virus dari pasar ikan Huanan," kata Bloom kepada The New York Times.
"Fakta ini menunjukkan bahwa urutan pasar, yang merupakan fokus utama epidemiologi genom dalam laporan bersama WHO-China ... tidak mewakili virus yang beredar di Wuhan pada akhir Desember 2019 dan awal Januari 2020," tulis Bloom dalam makalahnya yang diunggah 22 Juni ke database pracetak bioRxiv.
Menurut Zimmer, sekitar setahun yang lalu, 241 urutan genetik dari pasien virus corona telah hilang dari database online bernama Sequence Read Archive yang dikelola oleh National Institutes of Health (NIH).
Bloom pertama kali memperhatikan urutan yang hilang ketika dia menemukan spreadsheet dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada Mei 2020 di jurnal PeerJ. Di situ, penulis mencantumkan 241 urutan genetik SARS-CoV-2 hingga akhir Maret 2020. Urutannya adalah bagian dari proyek Wuhan University yang disebut PRJNA612766 dan diduga diunggah ke Sequence Read Archive.
Ketika dia mencari database arsip untuk urutan, ia mendapatkan jawaban 'Tidak ada item yang ditemukan'. Bloom tidak dapat menemukan penjelasan mengapa urutan telah dihapus, dan emailnya ke kedua penulis terkait untuk menanyakan tidak mendapat tanggapan.
"Tidak ada alasan ilmiah yang masuk akal untuk penghapusan: urutannya sangat sesuai dengan sampel yang dijelaskan dalam Wang et al. (2020a,b)," pendapat Bloom dalam bioRxiv.
"Tidak ada koreksi pada makalah tersebut, makalah tersebut menyatakan persetujuan subyek manusia telah diperoleh, dan pengurutan tidak menunjukkan bukti plasmid atau kontaminasi sampel ke sampel. Oleh karena itu tampaknya urutan tersebut dihapus untuk mengaburkan keberadaan mereka," ujarnya serius.
Meski begitu, Bloom mencatat beberapa keterbatasan pada penelitiannya, terutama bahwa urutannya hanya sebagian dan tidak menyertakan informasi untuk memberikan tanggal atau tempat pengumpulan yang jelas - informasi penting untuk melacak virus kembali ke asalnya.
Simak Video "Respons Merck soal Potensi Molnupiravir Sebabkan Mutasi Virus Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]
(ask/ask)